Awas! Data Ekonomi RI dan Perubahan MSCI Akan Beradu Lawan Keganasan AS

2 hours ago 3
  • Pasar keuangan Tanah Air ditutup beragam pada perdagangan Rabu (5/11/2025), IHSG menguat sementara rupiah kembali tertekan dari dolar AS
  • Wall Street bangkit dan menguat bersamaan 
  • Pelaku pasar masih akan merespon hasil pertumbuhan PDB kuartal III-2025, hingga kondisi pasar tenaga kerja AS yang kembali menguat.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air kembali ditutup beragam pada perdagangan Rabu (5/11/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat rekor penutupan tertinggi sepanjang sejarah, sementara rupiah masih tertahan dari dolar AS.

Pasar diharapkan tetap bergerak positif pada perdagangan Kamis (6/11/2025). Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin kembali mencetak rekor penutupan tertinggi sepanjang masa (all time high) setelah menguat 0,93% atau 76,61 poin ke level 8.318,53 pada perdagangan Rabu (5/11/2025). Kenaikan indeks didorong oleh sentimen positif pasca rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2025.

Nilai transaksi bursa tercatat Rp18,51 triliun dengan volume perdagangan 35,26 miliar saham dari 2,19 juta kali transaksi. Sebanyak 284 saham menguat, 357 melemah, dan 168 stagnan, dengan kapitalisasi pasar menembus Rp15.157,46 triliun.

Investor asing tercatat masih melakukan aksi beli dengan total inflow sebesar Rp1,31 triliun.

Secara sektoral, sektor utilitas memimpin penguatan dengan lonjakan 4,38%, diikuti sektor bahan baku naik 1,52%, dan sektor barang konsumen siklikal menguat 1,08%. Kenaikan juga terjadi pada sektor teknologi, keuangan, kesehatan, serta industri.

Sementara itu, sektor energi menjadi satu-satunya yang melemah, turun 1,22%, seiring koreksi harga minyak dunia.

Dari sisi emiten, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penopang utama IHSG dengan tambahan 20,02 poin, disusul PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) naik 10,78 poin, dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) menguat 10,14 poin.

Adapun PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) menjadi penekan laju penguatan IHSG dengan bobot 14,66 indeks poin, diikuti PT Astra International Tbk (ASII) 2,23 poin dan PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) 1,89 poin.

Beralih ke mata uang, Nilai tukar rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (5/11/2025).

Melansir data Refinitiv, rupiah terkoreksi tipis 0,03% ke level Rp16.700/US$. Secara intraday, rupiah sudah melemah sejak awal perdagangan, dibuka turun 0,09% ke posisi Rp16.710/US$, dan sempat menyentuh level terendah Rp16.740/US$ sebelum akhirnya pelemahan berkurang menjelang penutupan sesi.

Tekanan terhadap rupiah masih disebabkan oleh reli dolar AS yang terus berlanjut. Penguatan indeks dolar (DXY) terjadi seiring meningkatnya ketidakpastian arah kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed).

Pelaku pasar kini mulai meragukan kemungkinan bank sentral AS akan kembali memangkas suku bunga pada akhir tahun ini.

Pekan lalu, The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) sesuai ekspektasi. Namun, pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell bahwa pemangkasan tambahan pada Desember belum dapat dipastikan memicu spekulasi baru di pasar.

Sejak itu, beberapa pejabat The Fed justru mengeluarkan pandangan beragam mengenai kondisi ekonomi dan risiko yang dihadapi, terlebih di tengah terbatasnya rilis data akibat shutdown pemerintahan AS yang masih berlangsung.

Kendati demikian, sebagian analis menilai reli dolar AS bersifat sementara. Kepala Riset Valas Global Deutsche Bank, George Saravelos, menilai bahwa perbaikan ekonomi di Eropa telah mempersempit kesenjangan prospek pertumbuhan antara AS dan kawasan lainnya.

"Lingkungan pertumbuhan global yang relatif stabil tidak mendukung reli dolar berkelanjutan," tulis Saravelos dalam catatannya.

Adapun dari pasar obligasi Indonesia, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun terpantau naik 0,11% ke level 6,159%, atau naik 0,6 basis poin (bps). Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield naik berarti harga obligasi turun, hal ini menandakan bahwa investor tampak melakukan aksi jual.

Pages

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |