Banjir Sentimen Positif: Badai Mulai Berlalu, RI Bersiap Pesta

7 hours ago 2
  • Pasar keuangan Indonesia cenderung bergerak beragam, pasar saham menguat dan rupiah melemah
  • Wall Street bergerak beragam di tengah meredanya inflasi AS dan ketegangan perang dagang
  • Meredanya perang dagang, inflasi AS hingga mulai melandainya ketegangan di perang India Pakistan akan menjadi sentimen positif pada hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan pasar keuangan pada pekan lalu cenderung bergerak sumringah. Fenomena Sell in May and Go Away pun belum nampak hingga perdagangan dua pekan awal di bulan Mei. Kini pasar keuangan pun kembali bersiap usai libur panjang untuk membuka perdagangan dengan penuh euforia, didorong oleh kabar-kabar baik yang dapat membuat pasar keuangan kembali berpesta.

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah diperkirakan akan menguat dalam sepekan ini, meskipun hanya ada tiga hari perdagangan. Terdapat beberapa sentimen yang dapat menjadi dorongan bagi pasar keuangan baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4

Pada perdagangan Jumat (9/5/2025), IHSG menguat 0,07% di level 6.832,8. Penguatan ini melanjutkan kenaikan IHSG di sepanjang dua pekan bulan Mei yang mencapai 0,98%.

Tercatat sebanyak 362 saham merah, 258 saham naik, dan 340 tidak bergerak. Nilai transaksi pada perdagangan Jumat kemarin terbilang sepi, yakni Rp 8,99 triliun yang melibatkan 18,46 miliar dalam 1,08 juta kali transaksi.

Mengutip Refinitiv, hampir seluruh sektor berada di zona hijau. Kesehatan memimpin penguatan dengan kenaikan 0,89%. Lalu utilitas dan industri, masing-masing naik 0,68% dan 0,59%.

Sementara itu, saham yang menjadi penggerak utama pada perdagangan Jumat adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang menyumbang 7,64 indeks poin. Lalu PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) berkontribusi 4,13 indeks poin, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) 3,42 indeks poin, PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) 3,25 indeks poin, dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) 2,06 indeks poin.

Kemudian pemberat utama IHSG adalah PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) yang menyumbang -7,88 indeks poin. PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) berkontribusi -3,16 indeks poin, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) -1,76 indeks poin, PT Panin Financial Tbk (PNLF) -1,29 indeks poin, dan PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) -1,29 indeks poin.

Sepanjang pekan kemarin IHSG mayoritas berada di zona hijau. Hanya satu hari IHSG menutup hari di zona merah, yakni Kamis (8/5/2025) turun 1,42%. Dengan demikian IHSG sepekan naik 0,25%. Akan tetapi sepanjang tahun berjalan, IHSG masih terkoreksi sebesar 3,49%.

Beralih ke rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Jumat (9/5/2025) ditutup pada posisi Rp16.510/US$ atau melemah sebesar 0,12%.

Dalam sepekan kemarin, mata uang Garuda terpantau mengalami depresiasi 0,49%.

Pelemahan rupiah ini terjadi bersamaan dengan pengumuman dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) diamana kepercayaan konsumen Indonesia sedikit membaik pada April 2025, naik menjadi 121,7 dari 121,1 pada Maret, menandai akhir tren penurunan tiga bulan. Peningkatan ini didorong oleh persepsi ekonomi saat ini dan pendapatan rumah tangga yang lebih positif, terutama setelah Lebaran.

Namun, ketidakpastian tetap tinggi karena kekhawatiran terhadap pasar kerja dan prospek ekonomi jangka panjang masih membayangi. Konsumen tetap waspada, dan pemulihan konsumsi diperkirakan masih lemah tanpa dukungan kebijakan yang lebih kuat dari pemerintah.

Sentimen konsumen diperkirakan tetap datar atau sedikit membaik dalam waktu dekat, ditopang pendapatan musiman dan potensi stimulus fiskal. Namun, risiko penurunan tetap tinggi akibat transisi politik, lemahnya penciptaan lapangan kerja, dan tekanan terhadap rupiah.

Tanpa kebijakan kuat di bidang ketenagakerjaan, inflasi, dan belanja sosial, konsumsi swasta kemungkinan masih menjadi titik lemah dalam pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025.

Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Jumat (9/5/2025) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun terpantau menguat 0,03% di level 6.789%. Imbal hasil obligasi menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitu pun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).

Pages

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |