Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus bergerak di zona positif dan menembus level 6.900. Hingga pukul 14.34 WIB IHSG naik 72,89 poin atau melesat 1,07% ke level 6.904,84 pada perdagangan sesi kedua Selasa (6/5/2025).
Pada puncaknya di perdagangan intraday hari ini, IHSG sempat menyentuh angka 6.910,86 atau menguat 1,15%.
Sebanyak 295 saham naik, 268 turun, dan 237 tidak bergerak. Nilai transaksi perdagangan sesi pertama sangat ramai atau mencapai Rp 13,06 triliun yang melibatkan 18,13 miliar saham dalam 939.188 kali transaksi.
Mayoritas sektor perdagangan menguat, kecuali sektor kesehatan, industri dan teknologi yang terkoreksi tipis. Sementara sektor energi dan bahan baku memimpin kenaikan sektoral IHSG terbesar hari ini.
Secara spesifik, emiten tambang menjadi penggerak utama kinerja IHSG hari ini.
Konsorsium tambang emas Grup Salim dan Medco, Amman Mineral Internasional (AMMN), menjadi penggerak utama IHSG dengan sumbangsih 11,07 indeks poin.
Kemudian ada holding tambang batu bara Grup Sinar Mas (DSSA) dengan sumbangan 8,28 indeks poin disusul emiten tambang batu bara milik Low Tuck Kwong, Bayan Resouces (BYAN), dengan kontribusi 7,39 indeks poin.
Bank Rakyat Indonesia (BBRI) juga ikut menopang gerak IHSG dengan sumbangsih 6,12 indeks poin.
Melengkapi lima besar ada tambang emas milik BUMN dan anggota holding MIND ID, Aneka Tambang (ANTM), yang hari ini melesat 8,26% dengan sumbangsih 3,69 indeks poin ke IHSG.
Sejumlah emiten tambang emas lainnya, juga menjadi penggerak IHSG hari ini. Sentimen positif datang bertepatan dengan melonjaknya harga emas setelah investor mengantisipasi potensi terjadinya resesi usai kontraksi ekonomi AS dan harga minyak mentah dunia yang terus jeblok usai OPEC+ menaikkan produksi dan kekhawatiran permintaan dari ekonomi raksasa berkurang.
Saham emiten tambang emas kongsi Salim-Bakrie, Bumi Resources Minerals (BRMS), melesat 6% pada perdagangan hari ini. Sementara itu tambang emas Grup Saratoga (MDKA) melonjak 6,25%.
Lalu emiten tambang emas Peter Sondakh (ARCI) melejit 8,52%. Selanjutnya emiten tambang emas dan perdagangan emas lainnya juga kompak menguat, termasuk PSAB naik 6,22%, UNTR naik 0,55% dan HRTA terapresiasi 6,02%.
Penguatan hari ini ini memperpanjang reli IHSG yang telah menguat dalam tujuh hari perdagangan beruntun dan dalam 17 hari perdagangan terakhir, hanya dua kali berakhir di zona merah. Dalam periode yang sama (17 hari perdagangan terakhir) atau sejak akhir perdagangan Rabu, 9 April 2025, IHSG tercatat telah melesat hingga 15,5%.
Adapun sepanjang periode April 2025, IHSG mencatatkan kenaikan 3,93% dan bertengger di level 6.766,8 pada Rabu (30/4/2025).
Meski telah melesat secara signifikan, perlu dicatat jika melihat secara historis, IHSG selama 10 tahun terakhir pada periode Mei dominan mencatatkan pelemahan, hanya di tahun 2015 dan 2020 IHSG menguat di periode Mei.
Sentimen yang akan mempengaruhi pasar keuangan Tanah Air hari ini datang dari dalam maupun luar negeri. Sentimen dari dalam negeri datang dari data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 yang di bawah ekspektasi konsensus. Melambatnya pertumbuhan dapat berdampak ke banyak hal atau dengan kata lain memiliki multiplier effect dan spill over yang besar.
Apabila dampak ini tidak ditindaklanjuti dengan baik atau pun tidak diantisipasi oleh pemerintah, maka perekonomian Indonesia berpotensi mengalami kemunduran. Kondisi ini dapat menjadi sentimen buruk karena investor asing memiliki perspektif yang negatif terhadap Indonesia.
Sentimen eksternal akan datang dari anjloknya harga minyak hingga rapat FOMC bank sentral AS.
PDB Indonesia Kuartal I-2025 Tumbuh 4,87% yoy
Senin (05/05/2025), BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 tercatat hanya tumbuh 4,87% atau menjadi yang terendah semenjak tahun kedua Covid-19, yakni 2021. Angka tersebut hanya lebih baik dibandingkan kuartal I-2021 yang mencatatkan 3,53%.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 mencapai 4,87%," kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (5/5/2025).
Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia Research dari 14 institusi memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 4,94% (year on year/yoy) dan terkontraksi 0,9% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/qtq) pada kuartal I-2025.
Harga Minyak Anjlok Sekitar 4%
Harga minyak brent pada perdagangan Senin ditutup anjlok 1,7% ke US$ 60,23 atau terendah sejak Februari 2021. Harga minyak WTI juga anjlok 1,9% ke US$ 57,13 atau terendah sejak Februari 2021 atau empat tahun lebih.
Harga minyak dunia tergelincir tajam hingga menyentuh level terendah dalam empat tahun terakhir. Tekanan datang dari keputusan OPEC+ yang mempercepat peningkatan produksi secara agresif, memperparah kekhawatiran pasar akan kelebihan pasokan di tengah permintaan yang melemah.
Mengutip laporan Reuters, aliansi OPEC dan sekutunya (OPEC+) pada akhir pekan lalu menyepakati kenaikan produksi sebesar 411.000 barel per hari (bph) mulai Juni. Ini merupakan bulan kedua berturut-turut kenaikan produksi yang besar, setelah lonjakan output tiga kali lipat yang disepakati untuk Mei lalu.
Secara total, OPEC+ akan menambah 960.000 bph ke pasar selama April-Juni 2025, atau hampir separuh dari pemangkasan 2,2 juta bph yang disepakati sejak 2022. Langkah ini dipandang sebagai upaya untuk menghukum anggota-anggota yang sebelumnya kelebihan produksi seperti Kazakhstan.
Selain sentimen suplai, prospek permintaan energi global juga memburuk. Perang dagang antara AS dan China kembali memanas setelah Presiden AS, Donald Trump menyatakan bahwa tarif saat ini sudah terlalu tinggi hingga perdagangan kedua negara nyaris terhenti. Di sisi lain, Trump juga menyerukan agar OPEC+ meningkatkan produksi guna menekan harga energi domestik.
FOMC Meeting
Pelaku pasar kini menunggu rapat Federal Open Meeting Committee (FOMC) bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang digelar Selasa-Rabu waktu AS atau Rabu malam hingga Kamis dini hari waktu Indonesia.
Pelaku pasar memperkirakan 4,4% terjadi penurunan suku bunga. Namun demikian, para pelaku pasar tetap mencermati setiap komentar dari bank sentral atau Ketua Fed Jerome Powell mengenai prospek ekonomi di tengah ketidakpastian akibat perang dagang.
Pernyataan Chairman The Fed Jerome Powell akan sangat ditunggu karena dunia tengah dilanda kekhawatiran perang dagang. Dunia juga menunggu pernyataan Powell mengenai desakan Trump agar dirinya memangkas suku bunga
(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini: