Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia tengah menyiapkan kebijakan mandatori penggunaan etanol sebagai campuran Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin sebanyak 10% (E10). Rencananya, kebijakan ini mulai diterapkan pada 2027.
Kebijakan ini diharapkan menjadi langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan mempercepat transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan.
Langkah tersebut bukan hal baru. Sejumlah negara di dunia telah lebih dulu menerapkan kebijakan pencampuran etanol dalam bensin, dengan skala dan komposisi yang bervariasi sesuai dengan potensi bahan baku, serta kebijakan energinya masing-masing.
Etanol sendiri merupakan bahan bakar alternatif dari hasil fermentasi bahan nabati seperti jagung, tebu, atau singkong. Di dunia otomotif, etanol sering dicampur dengan bensin untuk menghasilkan bahan bakar seperti E10, E20, atau E85, tergantung persentase campurannya.
Meskipun penggunaan etanol dapat menurunkan efisiensi bahan bakar sekitar 3%, bahan bakar ini lebih ramah lingkungan dan membantu mengurangi emisi karbon, serta ketergantungan terhadap minyak bumi.
Berdasarkan laporan U.S. Department of Agriculture (USDA) dan Energy Information Administration (EIA), setidaknya ada 10 negara utama yang telah menjadi pengguna etanol di dunia.
Amerika Serikat
Amerika Serikat (AS) merupakan produsen sekaligus konsumen etanol terbesar di dunia. Total konsumsi pada 2018 mencapai 14,4 miliar galon dan rata-rata konsumsi harian tercatat sekitar 914.800 barel per hari pada 2022 berdasarkan data EIA.
Hampir seluruh bensin yang beredar di pasar AS telah dicampur dengan etanol hingga 10% (E10). Sementara di beberapa wilayah AS bahkan tersedia varian E15 dan E85.
Tingginya konsumsi etanol di AS disebabkan oleh ketergantungan masyarakat AS terhadap penggunaan kendaraan pribadi. Kebijakan pencampuran etanol ini telah dimulai sejak krisis energi pada 1970-an dan kini telah menjadi standar nasional.
Penggunaan E10 dinilai efektif dalam menekan emisi karbon sekaligus memperkuat ketahanan energi AS, terutama karena AS juga memiliki produksi jagung yang melimpah sebagai bahan baku utama etanol.
Brasil
Selain AS, Brasil juga dikenal sebagai salah satu pelopor program bioetanol dunia dan menjadi contoh sukses dalam transisi energi hijau. Negara ini mengkonsumsi sekitar 7,9 miliar galon etanol di 2018 dengan sebagian besar kendaraan menggunakan campuran tinggi mulai dari E22-E100.
Berbeda dengan Amerika Serikat yang berbasis jagung, Brasil memanfaatkan tebu sebagai bahan baku utama. Produksi dan konsumsi etanol di negara ini berjalan seimbang, dengan produksi mencapai 475.300 barel per hari, setara dengan kebutuhan domestik.
Sebagian besar kendaraan di Brasil dirancang sebagai flex-fuel vehicles (FFV). Kendaraan yang mampu menggunakan bensin, etanol murni, atau campurannya dalam berbagai proporsi.
India
India merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan konsumsi etanol tercepat di dunia. Pada tahun 2022, konsumsi etanol India tercatat mencapai 88.500 barel per hari. Hal ini mencerminkan keseriusan pemerintah India dalam memperluas program Ethanol Blending Programme (EBP) sebagai bagian dari strategi kemandirian energi nasional.
Melalui program ini, India menargetkan peningkatan pencampuran etanol dalam bensin hingga 20% (E20) pada tahun 2025, lebih cepat dari rencana semula tahun 2030. India juga memanfaatkan potensi besar dari produksi tebu domestik yang melimpah untuk memenuhi kebutuhan bahan baku.
Berdasarkan data USDA tahun 2018, konsumsi etanol India tercatat sekitar 0,4 miliar galon per tahun dengan tingkat pencampuran E5 hingga E10.
China
Sebagai ekonomi terbesar di Asia, China juga aktif mengembangkan penggunaan etanol. Pada tahun 2022, konsumsi etanol di negara ini mencapai sekitar 65.500 barel per hari, menjadikannya salah satu konsumen terbesar di Asia setelah India.
Kebijakan pemerintah Tiongkok mendorong penggunaan bahan bakar campuran etanol 10% (E10) di sejumlah provinsi utama seperti Jilin, Liaoning, dan Heilongjiang, wilayah dengan produksi jagung tinggi yang menjadi bahan baku utama etanol.
Meski begitu, implementasi kebijakan E10 secara nasional masih belum merata, terutama karena fluktuasi harga bahan baku dan prioritas pangan nasional yang membuat sebagian daerah menunda penerapan program tersebut.
Konsumsi etanol China tercatat mencapai 1 miliar galon di 2018. Pemerintah terus berupaya memperluas pemanfaatan etanol seiring peningkatan kapasitas produksi domestik, menjadikan China sebagai pasar strategis bioetanol terbesar di Asia.
Kanada
Kanada termasuk negara dengan kebijakan biofuel yang agresif, dan menjadi salah satu negara non-Amerika yang berhasil mempertahankan tingkat pencampuran etanol (blend rate) di atas 5%.
Pada tahun 2022, konsumsi etanol Kanada tercatat mencapai sekitar 59.300 barel per hari, sedangkan produksinya hanya sekitar 30.500 barel per hari.
Kondisi ini menunjukkan bahwa Kanada masih bergantung pada impor etanol, terutama dari Amerika Serikat, sebagai bagian dari kerja sama energi lintas batas di kawasan Amerika Utara.
Sementara itu, konsumsi etanol pada 2018 tercatat sebesar 0,79 miliar galon. Dengan kebijakan pencampuran 5-10% (E5-E10) yang berlaku di hampir seluruh daerah di Kanada.
Thailand
Thailand menjadi pionir di Asia Tenggara dalam pemanfaatan bioetanol sebagai bahan bakar campuran bensin.
Konsumsi harian etanol Thailand tercatat mencapai sekitar 24.300 per barel di 2022. Angka ini mencerminkan kemajuan signifikan dalam implementasi program biofuel nasional yang telah dijalankan selama lebih dari dua dekade.
Program "Gasohol" campuran bensin dengan etanol telah berjalan sejak awal 2000-an, dengan varian utama E10, E20, hingga E85, yang kini tersedia di hampir seluruh SPBU di Thailand. Dengan memanfaatkan tebu dan singkong sebagai bahan baku utama produksi etanol domestik.
Berdasarkan data USDA tahun 2018, konsumsi etanol Thailand tercatat sekitar 0,4 miliar galon per tahun.
Jerman
Sebagai motor ekonomi Eropa, Jerman menjadi salah satu negara dengan komitmen kuat terhadap penggunaan bahan bakar nabati. Pada tahun 2022, konsumsi etanol Jerman mencapai sekitar 23.100 barel per hari.
Dengan campuran E5 dan E10 yang telah menjadi standar nasional di sebagian besar stasiun pengisian bahan bakar. Sementara itu, data USDA 2018 menunjukkan konsumsi etanol Jerman tercatat sekitar 0,4 miliar galon.
Argentina
Negara Amerika Latin ini mengkonsumsi etanol sebagai bagian dari campuran bensinnya sekitar 19.400 barel per hari di 2022. Argentina sendiri telah memberlakukan kewajiban untuk campuran E12 sejak 2016 dan hingga kini telah menjadi standar umum di seluruh SPBU disana.
Sedangkan, pada 2018 konsumsi tahunan etanol Argentina mencapai 0,3 miliar galon. Argentina sendiri memanfaatkan produksi etanolnya dari jagung dan tebu yang mana komoditas utama Argentina.
Prancis
Prancis juga menjadi salah satu negara yang sudah menggunakan campuran bahan bakar etanol, seperti E10 dan E85 secara luas. Total konsumsi hariannya mencapai 26.000 barel per hari di 2022.
Sementara itu, konsumsi tahunan di 2018 mencapai 0,3 miliar galon. Prancis sendiri secara aktif mendorong penggunaan bahan bakar nabati melalui pemberian insentif pajak, hingga dukungan investasi. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi emisi karbon.
Inggris
Inggris pun juga sudah mengembangkan kebijakan campuran bahan bakar etanol. Dengan total konsumsi harian mencapai 21.400 barel per hari. Sedangkan sepanjang 2018, Inggris mengkonsumsi 200 juta galon. Dengan campuran E5 yang kemudian ditingkatkan menjadi E10 pada 2021 lalu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw/evw)

 8 hours ago
                                3
                        8 hours ago
                                3
                    
















































