Bukan China, RI Belajar Pertanian ke Negara Ini Demi Swasembada Pangan

4 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengatakan, Indonesia bakal meniru Belanda dalam penggunaan teknologi canggih, termasuk kecerdasan buatan (AI) untuk menggenjot sektor pertanian. Hal itu disampaikannya usai kunjungan kerja ke Negeri Kincir Angin selama sepekan.

"Saya diperintah oleh Pak Presiden dan juga Pak Menteri (Pertanian) untuk membawa delegasi misi pertanian ke Belanda. Selama satu minggu kemarin," ujar Sudaryono dalam konferensi pers di kantornya, Senin (5/5/2025).

Sudaryono menjelaskan, misi utama kunjungan itu adalah mempelajari langsung bagaimana Belanda, yang wilayahnya kecil, bisa menjadi eksportir produk pertanian terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

"Kita ingin belajar apa? Kita ini atau keinginan dari Presiden adalah swasembada pangan. Pangan juga termasuk di situ ada buah, sayur, dan juga protein," ujarnya.

Di Belanda, delegasi Indonesia mengunjungi Wageningen University, atau universitas pertanian terbaik dunia. Selain dari Kementerian Pertanian, delegasi juga melibatkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), rektor IPB, dekan Fakultas Pertanian Unhas, Fakultas Perikanan Pajajaran, serta tim dari Agrinas.

Dari hasil kunjungannya, dia mengungkapkan, Indonesia ingin mengadopsi teknologi pengelolaan greenhouse (rumah kaca), vertical farming (pertanian vertikal), serta integrasi data berbasis AI yang diterapkan Belanda. Dengan teknologi itu, petani di Belanda bisa mendapatkan rekomendasi tanam yang sangat presisi.

"Bagaimana Belanda itu mengintegrasikan semua komponen data, BMKG, kontur tanah, kesuburan, dan seterusnya dikumpulkan, di-AI-kan sehingga rekomendasi-rekomendasi itu bisa langsung diterima oleh petani-petani mereka. Kapan harus nanam apa, di mana, nutrisinya seperti apa, itu sudah bisa keluar dari sistem," jelasnya.

Menurut Sudaryono, Indonesia sebenarnya lebih diuntungkan secara iklim. "Greenhouse mereka sangat mahal karena harus bikin iklim buatan, sementara kita kan iklimnya stabil, enggak perlu pemanas, enggak perlu AC. Jadi kita bisa buat versi yang lebih sederhana," terang dia.

Tak hanya itu, delegasi Indonesia juga mempelajari teknologi pertanian canggih lainnya seperti vertical farming, desalinasi air laut menjadi air minum, hingga pengembangan budidaya ikan nila di air payau sepanjang Pantura.

"Kita ingin semua rakyat kita tidak boleh ada yang tidak dapat akses air bersih, khususnya minum," ujar Sudaryono.

Ia mengungkapkan, Presiden Prabowo Subianto sangat mendukung penerapan teknologi desalinasi ini, mengingat tahun ini Indonesia memperingati 80 tahun kemerdekaan.

Untuk mendukung transformasi ini, lanjut Sudaryono, Indonesia akan mempercepat pengembangan sistem data pertanian berbasis AI. Kementerian Pertanian melalui Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) sudah mulai membangun pondasinya.

"Karena memang membuat AI itu butuh waktu, karena kan harus belajar terus ya, jadi pintar, sudah dipinterin terus," ucapnya.

Namun Sudaryono menekankan bahwa adaptasi teknologi di Indonesia perlu disesuaikan dengan kondisi lokal. Misalnya, otomatisasi penuh seperti di Eropa mungkin tidak cocok sepenuhnya di Tanah Air.

"Kita ingin pertanian itu menyerap sebanyak mungkin tenaga kerja. Karena tenaga kerja kita tidak semahal mereka," katanya.

Sebagai bagian dari tindak lanjut, delegasi juga membuka peluang kolaborasi dengan para alumni Indonesia yang kini bekerja di sektor pertanian dan perikanan di Belanda.

"Kemarin kita bertemu dengan lebih dari 100 mahasiswa maupun eksekutif Indonesia di sana. Banyak dari mereka siap bergabung, bahkan ada rencana langsung direkrut oleh Agrinas," ungkap Sudaryono.

Ia pun menegaskan, kunjungan ke Belanda bukan sekadar jalan-jalan. "Setelah ini kami follow up, poin per poin. Karena kunjungan itu nggak ada artinya kalau tidak ada tindak lanjutnya," tukasnya.

Sebagai informasi, pemerintah RI pernah mengajak China bekerja sama membangun ketahanan pangan di Indonesia. Salah satu tujuannya adalah menjadikan Indonesia sebagai lumbung padi.

Hal itu terungkap dari video unggahan Luhut Binsar Pandjaitan saat dia masih menjabat sebagai Menko bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinvest) era pemerintahan Presiden Jokowi-Wapres Ma'ruf Amin. Dalam unggaahan di akun Instagram resmi miliknya itu, Luhut menjabarkan sederet hasil pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi dalam 4th High-Level Dialogue and Cooperation Mechanism (HDCM) di Labuan Bajo, beberapa waktu lalu.

Menurut Luhut, pertemuan tersebut menjadi bukti, pada periode pemerintahan selanjutnya, Indonesia akan terus melanjutkan kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan meneruskan persahabatan yang kuat dan kerja sama yang konstruktif antara Indonesia dan China.

Salah satu hasil pertemuan tersebut adalah di bidang pertanaman padi.

"Kita minta mereka memberikan teknologi padi mereka, di mana mereka sudah sukses swasembada dan mereka bersedia. Kita sekarang tinggal cari local partnernya di Kalteng (Kalimantan Tengah). Karena tanahnya itu sudah ada sejak dulu, sudah sampai 1 juta hektare (ha). Tapi kita akan mulai bertahap dengan 100-200 ribu dulu," katanya, dikutip Jumat (26/4/2024).

"Dan, offtakernya adalah Bulog. Kita berharap dalam 6 bulan dari sekarang kita sudah mulai proyek ini. Kita mau ajak anak-anak muda Indonesia di bidang pertanian untuk ikut di situ," tambah Luhut.


(dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Ancang-ancang Industri Alkes Era AI Hingga Perang Dagang Trump

Next Article Lewat Pemberdayaan BRI, Kelompok Petani Jeruk Ini Sukses Jangkau Pasar

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |