Minim Efek Trump ke RI Seperti Sakit Gigi Cenut-Cenut

9 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun memperingatkan pemerintah untuk tetap mengantisipasi secara serius kebijakan perang dagang Presiden AS Donald Trump kepada mitra dagang utamanya. Meskipun, efek perang dagang ke ekonomi RI minim.

Misbakhun menjelaskan, minimnya efek perang dagang, melalui penerapan tarif resiprokal termasuk ke Indonesia sebesar 32% sangat minim karena kontribusi ekspor Indonesia ke ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) Indonesia sangat minim, termasuk porsi ekspor Indonesia ke AS.

"Itu yang bikin kita mati susah, paling sakit gigi cenut-cenut, tapi mengganggu. Saya tidak ingin mengecilkan," kata Misbakhun dalam acara CNBC Investment Forum 2025 di Jakarta, Jumat (16/5/2025).

Misbakhun mengatakan, porsi ekspor Indonesia ke AS hanya sebesar US$ 26,4 miliar atau setara 2,3% dari total ekspor. Maka, efeknya tidak akan terlalu banyak mengganggu aktivitas ekonomi Indonesia, bila Trump tetap memberlakukan tarif resiprokal ke mitra-mitra dagang utamanya.

Pernyataan Misbakhun ini serupa dengan yang disampaikan Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Chatib Basri saat memberi Kuliah Umum di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI).

Chatib malah mengatakan, perang dagang yang terjadi di tingkat global saat ini berpotensi membuat ekonomi Indonesia unggul ketimbang negara-negara tetangga yang ekonominya selama ini tumbuh kencang, salah satunya Vietnam.

Meski begitu, konteks keunggulan pertumbuhan ekonomi RI yang disampaikan Chatib ini bukan disebabkan ketahanan ekonomi domestik dari perlambatan ekonomi global akibat perang dagang, melainkan faktor "luck" yang disebabkan keterkaitan ekonomi RI dengan dunia sangat minim.

"Jadi, enggak usah khawatir dengan terjadinya resesi. Karena apa? dua hal, good policy response and good luck. Ini sebetulnya kita enggak design, tapi karena kita enggak kompetitif," ucap Chatib, dalam kuliah umum yang digelar FEB UI, Rabu (14/5/2025).

"Kita enggak mampu, enggak kompetitif, less integrated, akibatnya kita enggak terlalu kena banyak di dalam konteks global ini," tegas mantan menteri keuangan RI periode 2013-2024 itu.

Chatib menjelaskan, tidak terlalu terintegrasinya ekonomi Indonesia dengan global ini tercermin dari besaran porsi ekspor terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang minim dibanding Vietnam, Singapura, ataupun Thailand.

Rasio ekspor Singapura terhadap PDB nya kata Chatib bisa mencapai 180%, Vietnam 79%, dan Thailand bisa sekitar 60%. Adapun Indonesia hanya berada di kisaran 25%.

"Kalian jangan kaget kalau pertumbuhan ekonomi tahun ini Indonesia akan lebih tinggi dibandingkan Vietnam dibandingkan dengan Singapura. Simply karena soal rasio dari ekspor terhadap GDP-nya yang relatif kecil," ucap Chatib.


(arj/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Meski Ada Nego,Trump Pasang Tarif Minimal 10% Bahkan Bisa Lebih

Next Article Pejabat Saling Serang Soal PPN 12%, Ada yang Cuci Tangan

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |