Psikolog Ungkap 7 Kalimat Ajaib untuk Menenangkan Anak Tantrum

2 hours ago 3
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketika anak sedang tantrum, banyak orang tua refleks menasihati atau menyuruh mereka diam. Penelitian menunjukkan pendekatan itu sering kali tidak efektif.

Menurut pakar pengasuhan anak dan kontributor CNBC International, Reem Raouda, kemarahan anak bukan tanda pembangkangan, melainkan reaksi dari otak yang kewalahan. Saat emosi memuncak, jelas ia, bagian otak depan (prefrontal cortex) yang bertugas untuk berpikir logis dan berbahasa mati sejenak. Inilah sebabnya kalimat seperti "gunakan kata-katamu" tidak akan bekerja di tengah teriakan.

Menurut Raouda, tujuan utama bukan sekadar menghentikan tangisan, melainkan mengajarkan anak cara mengenali dan menenangkan emosinya sendiri. Ini pun bisa jadi keterampilan yang menjadi fondasi ketangguhan seumur hidup.

Yang dibutuhkan anak saat itu bukan nasihat, melainkan rasa aman dan koneksi emosional. Raouda, yang telah meneliti lebih dari 200 anak dan bekerja dengan ratusan keluarga, merangkum tujuh kalimat efektif untuk menenangkan tantrum dan membantu anak belajar mengatur emosi:

1. Diam sejenak

Saat anak sedang tantrum, naluri orang tua adalah menghentikan secepatnya. Orang tua ingin teriakannya berhenti, air matanya mengering, dan kekacauan berlalu.

Namun seringkali, cara tercepat untuk mengakhiri tantrum adalah diam. Saat si kecil tantrum, setiap kata yang Anda ucapkan bagaikan oksigen ke api. 

Daripada buru-buru mengucapkan sesuatu, duduklah dekat si kecil. Tetap rileks. Tidak mengatakan apapun pada dasarnya Anda sudah menyampaikan pesan penting: "Kamu aman, dan aku bisa mengatasi ini." Setelah napas mereka melambat dan puncaknya berlalu, saat itulah kata-kata yang Anda ucapkan dapat mulai terucapkan.

2. "Ibu/Ayah ada di sini."

Kalimat singkat ini adalah penyelamat dan mengembalikan mereka ke dalam koneksi. Tantrum itu biasanya anak sering takut tinggalkan: "Apakah aku masih dicintai saat aku tidak bisa mengendalikan diri?"

Kehadiranmu yang tenang menjawab pertanyaan itu secara instan. Koneksi mengatur respons stres lebih cepat daripada koreksi apa pun. Emosional itulah menenangkan sistem alarm tubuh.

3. "Kamu sedih/marah banget, ya?"

Alih-alih meremehkan emosi, kalimat ini membantu anak mengenali perasaannya. Validasi seperti ini memicu pelepasan ketegangan dan membuat anak merasa dipahami.

4. "Boleh marah, tapi tidak boleh memukul."

Kalimat ini menyeimbangkan antara empati dan batasan. Anak belajar bahwa perasaan tidak dilarang, tapi tindakan tetap harus dikendalikan. Ini membangun disiplin diri secara perlahan.

5. "Kita istirahat bareng, yuk."

Daripada menghukum dengan time-out, cobalah time-in. Duduk bersama sampai emosi reda. Kedekatan fisik memberi rasa aman dan membantu anak menenangkan diri lewat ketenangan orang tuanya.

6. "Ibu/Ayah tahu kamu sangat menginginkan itu."

Ucapan ini mengakui rasa kecewa atau frustrasi di balik tantrum. Saat anak merasa dimengerti, sistem sarafnya akan lebih cepat tenang tanpa perlu dibujuk dengan hadiah.

7. "Kamu boleh marah, tapi Ibu/Ayah tetap sayang."

Inilah kalimat paling penting. Anak yang sedang marah seringkali takut kehilangan kasih sayang. Kalimat ini memberi rasa aman tanpa syarat, mengajarkan cinta tidak hilang hanya karena mereka berbuat salah, dasar dari kepercayaan diri dan ketahanan emosi.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Orang Tua Jangan Katakan 10 Kalimat Ini Jika Mau Anak Sukses

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |