Raja Ecommerce Tutup di RI, Nasibnya Makin Suram

1 day ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia - PDD Holdings, raja e-commerce asal China, terus mengalami nasib buruk. Dalam laporan terbaru, induk perusahaan Temu yang telah diblokir di Indonesia mengalami penurunan laba serta saham perusahaan.

Laba bersih kuartal pertama ambles mencapai 47% menjadi 14,74 miliar yuan (Rp 33,3 triliun). Penurunan ini karena platformnya mengalami ketatnya persaingan lokal, bersamaan dengan harus mengalami ketidakpastian perdagangan secara global.

"Konsumsi domestik lebih lambat, persaingan semakin ketat dan ketegangan perdagangan global membebani pertumbuhan," jelas analis US Tiger Securities Bo Pei, dikutip dari Reuters, Rabu (28/5/2025).

PDD memang harus bersaing ketat di China bersama raksasa lainnya yakni Alibaba dan JD.com. Hal ini membuat perang harga untuk menarik konsumen berbelanja di platform masing-masing.

Sama seperti PDD, sayangnya nasib Alibaba juga tak begitu baik dengan pendapatan kuartalannya meleset dari perkiraan. Sementara JD.com mengalami kenaikan dengan dukungan program tukar tambah.

Di pasar internasional, Temu menjadi korban dari perang dagang AS dan China. Kemudian mengalami de-eskalasi selama 90 hari.

Keadaan ini membuat bisnis Temu menjadi tidak pasti secara global. Chairman dan Co-CEO PDD Chen Lei juga mengakui keadaan ini terasa hingga ke para merchant platform.

"Perubahan radikal pada lingkungan kebijakan eksternal seperti tarif menciptakan tekanan signifikan untuk pedagang kami," ucapnya.

Belum lama ini, perang dagang tersebut juga membuat penjualan merchant asal China di AS dihapus mandiri oleh Temu. Aplikasi hanya menampilkan barang yang hanya dijual di AS atau tanpa tambahan tarif baru yang diumumkan presiden Donald Trump bulan lalu.

Namun tak lama kemudian, Trump memberi kelonggaran dengan pemangkasan dari 120% menjadi 54% dalam kategori 'de minimis'. Pemotongan tersebut khusus dengan tarif minimum US$100 (Rp 1,6 juta).

Sebagai informasi 'de minimis' adalah kategori untuk barang berukuran kecil dengan harga murah yang dikirim menggunakan jasa pos ke AS. Sebelum perang dagang dua negara, produk yang masuk dalam kategori ini dibebaskan dari bea masuk jika harganya tidak lebih dari US$800 (Rp 13 juta).


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Gak Cuma Saol Harga Murah, Begini Persaingan Pasar Smart TV RI

Next Article China Tolak Bayar Tarif Trump, Warga AS Disuruh Bayar Sendiri

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |