Roller Coaster Kinerja Pizza Hut: Jaya- Ambruk, Bisa Bangkit di 2025?

2 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pengelola jaringan Pizza Hut di Indonesia, PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA), menghadapi perjalanan terjal dalam beberapa tahun terakhir.

Setelah berjuang pulih dari hantaman pandemi Covid-19, perseroan kembali diuji dengan tantangan ekonomi global dan isu geopolitik yang memukul kinerja keuangan sepanjang tahun 2024.

Manajemen secara terbuka mengakui bahwa tahun 2024 merupakan periode yang penuh tantangan. Tekanan signifikan datang dari dua arah yaitu pelemahan daya beli masyarakat dan dampak perubahan ekonomi global.

Namun, data dan laporan tahunan perseroan menunjukkan adanya upaya perbaikan signifikan, meskipun penjualan bersih (net sales) tercatat turun 21,02% menjadi Rp2.798,98 miliar pada 2024, dari Rp3.543,98 miliar pada tahun sebelumnya.

Meski penjualan tertekan, PZZA berhasil melakukan efisiensi ketat. Laporan Tahunan 2024 mencatat, perseroan sukses menekan beban pokok penjualan sebesar 26,90%. Hasilnya, rugi bersih tahun berjalan dapat ditekan sebesar 24,31%, dari Rp96,22 miliar pada 2023 menjadi Rp72,84 miliar pada 2024.

Badai Pandemi ke Isu Boikot di Indonesia

Melihat data historis, kinerja PZZA tampak seperti roller coaster. Perseroan mencatat kerugian beruntun selama hampir lima tahun.

Titik balik negatif pertama terjadi pada 2020, ketika pandemi COVID-19 melumpuhkan sektor restoran. Perseroan mencatat kerugian Rp93,52 miliar. Kinerja sempat membaik di tahun-tahun berikutnya seperti pada tahun 2021, dengan keuntungan Rp49,98 miliar pada 2021 dan merugi Rp23,45 miliar pada 2022.

Namun, saat pemulihan pasca-pandemi diharapkan, PZZA justru kembali terjerembap ke kerugian yang lebih dalam pada 2023, yakni sebesar Rp96,22 miliar.

Manajemen PZZA, dalam Laporan Dewan Komisaris, secara terus terang mengalamatkan tantangan ini. Laporan tersebut menyebut perseroan menghadapi kondisi kompleks penggabungan antara politik dan bisnis.

Secara spesifik, laporan itu merujuk pada konflik di Timur Tengah yang berdampak secara tak langsung terhadap beberapa produk yang terafiliasi pada negara-negara barat salah satunya Pizza Hut.

Manajemen mengakui bahwa isu geopolitik yang memanas sejak akhir 2023 ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh opini publik terhadap keputusan konsumen, yang merujuk pada aksi boikot yang melanda sejumlah merek global di Indonesia.

Strategi Adaptif Berupa Lokalisasi dan Efisiensi

Menghadapi tekanan ganda dari pelemahan daya beli dan sentimen geopolitik, PZZA tidak tinggal diam. Perseroan melancarkan "strategi adaptif" untuk merespons situasi.

Strategi utama yang diambil adalah fokus pada 'lokalisasi' untuk kembali merebut hati konsumen. Hal ini diwujudkan melalui beberapa langkah kunci:

  • Inovasi Menu Lokal: Perseroan gencar menawarkan menu baru yang lebih sesuai dengan selera lokal.
  • Bahan Baku Lokal & UMKM: PZZA memperkuat komitmennya pada rantai pasok domestik dengan memberdayakan 100% tenaga kerja lokal dan melibatkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam rantai pasok bahan baku.
  • Penguatan Delivery Order: Belajar dari pandemi, perseroan terus memperkuat platform delivery (pesan antar) untuk mempertahankan pangsa pasar.

Dari Ekspansi ke Upgrade

Dari sisi operasional gerai, strategi PZZA juga berubah. Jika pada 2022 perseroan agresif menambah gerai (dari 540 di 2021 menjadi 615 di 2022), kini fokusnya bergeser. Data menunjukkan, jumlah gerai justru mengalami kontraksi, dari 615 gerai pada 2023 menjadi 591 gerai per Desember 2024.

Alih-alih ekspansi agresif, manajemen menyatakan fokus pada meng-upgrade restoran yang ada. Banyak gerai yang telah beroperasi puluhan tahun direvitalisasi untuk menciptakan suasana yang lebih modern dan relevan, terutama untuk membranding diri sebagai "the preferred choice bagi gen z".

Salah satu strategi upgrade yang terbukti sukses adalah pengenalan konsep baru Ristorante. Laporan tahunan menyebutkan, 30 gerai Ristorante menunjukkan performa luar biasa dengan rata-rata pendapatan hampir 20% lebih tinggi dibandingkan gerai reguler. Gerai ini menawarkan menu yang lebih premium seperti handcrafted pizza dan gourmet steak.

Meskipun kondisi 2024 masih sulit, Dewan Komisaris menyatakan optimisme terhadap peluang pertumbuhan di masa depan, didukung oleh fokus pada tiga pilar yaitu kepuasan konsumen, pengelolaan organisasi yang andal, dan inovasi produk, yang pada akhirnya membukukan keuntungan sebesar Rp15,57 milyar pada semester pertama 2025.

-

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(gls/gls)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |