Siapkan Mental! Besok Ada Pengumuman Penting yang Bisa Guncang RI

4 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan tetap solid di atas 5,0% namun sedikit melandai pada kuartal III-2025.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan laporan pertumbuhan ekonomi periode kuartal III-2025 pada besok, Rabu (5/11/2025).

Berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, dari 13 institusi/lembaga memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2025 mencapai 5,01% (yoy) dan 1,40% (qtq).

Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan capaian kuartal sebelumnya sebesar 5,12% (yoy), namun masih menunjukkan resiliensi permintaan domestik dan stabilitas ekonomi di tengah tekanan eksternal.

Konsensus CNBC Indonesia sedikit lebih pesismis dibandingkan proyeksi pemerintah.

Kementerian Keuangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2025 masih bisa mencapai 5,1%, didorong oleh kinerja ekspor yang tumbuh cepat di tengah berbagai tekanan, termasuk demonstrasi besar pada Agustus lalu.

"Kuartal III kelihatannya akan cukup resilient, sekitar 5%, 5,1%, karena ekspor kita bagus," ujar Febrio Nathan Kacaribu, Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menilai laju pertumbuhan ekonomi kuartal III akan lebih tinggi dibandingkan kuartal II-2025 yang sebesar 5,12% yoy. Ia menekankan ekspor masih menjadi penopang utama, dengan tren peningkatan yang berlanjut hingga akhir tahun.

"Jadi dengan tren kuartal III akan lebih tinggi dari kuartal II, dan kuartal IV lebih tinggi dari kuartal III," ujar Perry dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Senin (3/11/2025).

Baik BI maupun pemerintah optimistis laju ekonomi akan terus meningkat hingga akhir tahun, di mana Kementerian Keuangan memperkirakan pertumbuhan kuartal IV-2025 bisa mencapai 5,5%, ditopang stimulus fiskal dan kebijakan moneter longgar yang menjaga likuiditas perekonomian.

Secara historis, dalam 10 tahun terakhir pada pertumbuhan ekonomi di kuartal III cenderung lebih seiring di bawah dari pertumbuhan di kuartal II.

Sejak 2015 hingga 2024, dari total 10 tahun tersebut, sebanyak tujuh kali laporan pertumbuhan ekonomi di kuartal III lebih rendah dibandingkan kuartal II.

Hal ini terjadi akibat di kuartal II biasanya menjadi puncak pertumbuhan ekonomi seiring dengan adanya libur sekolah serta bertepatan dengan musim lebaran yang biasanya meningkatkan konsumsi rumah tangga.

Dan laju pertumbuhan ekonomi akan mengalami perlambatan pada kuartal berikutnya.

Inflasi Terkendali, Menopang Daya Beli

Stabilitas harga menjadi salah satu faktor penting yang menjaga daya beli masyarakat di kuartal III-2025.

Sepanjang periode Juli-September 2025, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tetap berada dalam kisaran sasaran Bank Indonesia, dengan inflasi umum di 2,65% (yoy) pada September. Inflasi inti yang berada di kisaran 2,19% (yoy) juga menunjukkan tekanan harga yang terkendali, bahkan komponen energi mencatat deflasi tahunan.

Kondisi tersebut menjadi faktor utama yang menopang konsumsi rumah tangga di tengah kenaikan suku bunga global dan biaya hidup.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan bawha inflasi yang rendah memberi ruang bagi rumah tangga untuk tetap berbelanja di sektor non-pokok, sementara harga pangan yang stabil menjaga kestabilan konsumsi kelompok menengah bawah.

Kepada CNBC Indonesia, Josua juga menyebut bahwa kombinasi harga yang terkendali dan pendapatan yang stabil menjaga putaran belanja harian masyarakat.

Inflasi yang terjaga juga memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk melanjutkan kebijakan moneter akomodatif, mendukung likuiditas perbankan, dan memperkuat pembiayaan sektor riil.

Konsumsi Terjaga Seiring dengan Pertumbuhan Penjualan Ritel

Kinerja penjualan ritel menunjukkan perbaikan nyata pada kuartal III-2025. Berdasarkan Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia, pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran (IPR) rata-rata mencapai 4,7% (yoy) pada periode Juli-September, jauh lebih tinggi dibandingkan kuartal II-2025 yang hanya 1,0%(yoy).

Kenaikan ini menandakan bahwa konsumsi masyarakat mulai pulih setelah sempat tertahan pada pertengahan tahun. Stabilnya harga bahan pangan, lancarnya distribusi barang, dan peningkatan aktivitas belanja menjelang akhir kuartal III menjadi faktor utama pertumbuhan ini.

Meski demikian, Bank Indonesia mencatat sebagian responden ritel masih menghadapi tekanan dari suku bunga kredit konsumsi yang tinggi serta ketatnya persaingan harga.

Menurut Ekonom Bank Danamon Hosianna Situmorang dalam proyeksinya menilai, pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang stabil menjadi motor utama ekonomi di kuartal III-2025, terutama didorong oleh program bansos dan peningkatan belanja pemerintah.

"Kombinasi konsumsi yang solid dan akselerasi proyek publik mendukung sektor perdagangan dan jasa," Ujar Hosianna kepada CNBC Indonesia.

Kinerja ritel yang membaik mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat tetap terjaga, sekalipun laju ekonomi global belum sepenuhnya pulih.

Aktivitas Manufaktur Kembali Ekspansif

Aktivitas manufaktur Indonesia kembali tumbuh setelah tiga bulan sebelumnya mengalami tekanan. Berdasarkan survei S&P Global, PMI Manufaktur Indonesia rata-rata mencapai 50,4 pada kuartal III-2025, naik signifikan dari 47,0 di kuartal II dan lebih tinggi dibandingkan 49,1 pada periode yang sama tahun lalu.

Kembalinya PMI di atas level 50 menandakan sektor industri mulai pulih berkat peningkatan permintaan domestik dan stabilisasi harga bahan baku. Sektor manufaktur juga didorong oleh perbaikan rantai pasok dan meningkatnya produksi di subsektor makanan, minuman, serta barang konsumsi rumah tangga.

Josua Pardede pun menilai bahwa pemulihan aktivitas industri sejalan dengan peningkatan investasi nonbangunan dan perbaikan pesanan di pabrik

Kinerja manufaktur yang kembali ekspansif menjadi sinyal positif bagi perekonomian nasional, karena industri pengolahan tetap berperan sebagai kontributor terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Pertumbuhan Realisasi Investasi

Realisasi investasi Indonesia terus tumbuh positif di kuartal III-2025. Berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM, total investasi mencapai Rp491,4 triliun, naik 2,9% (qoq) dan 13,9% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kenaikan investasi tersebut ditopang oleh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang melonjak 40,6% (yoy) menjadi Rp279,4 triliun, sementara Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai Rp212,0 triliun atau naik tipis dari kuartal sebelumnya. Peningkatan PMDN mencerminkan peran besar pelaku usaha domestik dalam menjaga momentum pertumbuhan, terutama di sektor manufaktur, transportasi, dan energi terbarukan.

Josua Pardede, Ekonom Bank Permata, menilai kinerja investasi kuartal III menunjukkan arah yang konstruktif, sejalan dengan meningkatnya aktivitas industri dan membaiknya pembiayaan perbankan.

"Sisi nonbangunan ikut ditopang oleh perbaikan pesanan di pabrik, dengan indikator PMI yang tetap berada di zona ekspansi, menandakan pabrik menambah produksi dan kebutuhan mesin tetap hidup," ujarnya.

Ia menambahkan, setelah periode kehati-hatian di triwulan III, standar penyaluran kredit diperkirakan akan mulai melonggar pada triwulan IV, mendukung pembiayaan investasi menjelang akhir tahun.

Menurut Josua, bauran kebijakan moneter yang longgar, tambahan likuiditas dari penempatan dana pemerintah di perbankan, dan denyut sektor manufaktur yang positif membuat pembentukan modal tetap bruto (PMTB) bertahan mendekati kisaran 4,96%.

Hal tersebut sejalan dengan Ekonom UOB Kay Hian Suryaputra Wijaksana yang melihat ada peningkatan di investasi meskipun dari sisi belanja pemerintah mengalami kontraksi.

Dengan capaian tersebut, total investasi Januari-September 2025 telah menembus Rp1.434,3 triliun atau sekitar 75% dari target nasional.

Penjualan Mobil

Sektor otomotif juga mulai menunjukkan tanda pemulihan setelah beberapa kuartal mengalami tekanan. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), total penjualan mobil secara wholesales pada kuartal III-2025 mencapai 184.726 unit, naik 7,7% (qoq) dari kuartal II, meski masih turun sekitar 17% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.

Peningkatan penjualan bulanan sejak Juli hingga September mencerminkan pemulihan bertahap permintaan domestik, didorong oleh promosi industri dan gelaran pameran otomotif GIIAS 2025 di Tangerang. Namun, suku bunga kredit kendaraan yang tinggi dan kenaikan biaya impor komponen masih menjadi faktor pembatas utama.

Sejalan dengan pandangan tersebut, Hosiana juga menilai pertumbuhan konsumsi barang tahan lama, termasuk otomotif, cenderung lebih lambat dibandingkan belanja kebutuhan sehari-hari. Meski demikian, prospek penjualan kendaraan diperkirakan membaik di akhir tahun seiring meningkatnya aktivitas ekonomi dan penyaluran kredit perbankan yang lebih longgar.

Indeks Keyakinan Konsumen Sedikit Melemah

Berbeda dengan perbaikan di sektor ritel, tingkat optimisme konsumen justru sedikit melemah. Berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) rata-rata turun ke 116,8 pada kuartal III-2025, dari 119,0 di kuartal II.

Pelemahan ini menunjukkan masyarakat mulai berhati-hati dalam memandang prospek ekonomi ke depan, terutama karena tekanan harga pangan dan meningkatnya biaya hidup. Level IKK September 2025 bahkan mencapai 115,0, posisi terendah sejak April 2022.

Secara keseluruhan, pelemahan IKK lebih mencerminkan sikap kehati-hatian rumah tangga di tengah ketidakpastian global, bukan penurunan nyata konsumsi domestik.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |