Tak Cuma untuk Kopi, Harta Karun RI Ini Bisa Jadi Pengganti BBM Bensin

11 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - "Harta karun" ini ternyata bisa diolah menjadi sumber bahan bakar kendaraan ramah lingkungan dan menggantikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bensin.

"Harta karun" yang dimaksud di sini yaitu aren. Aren yang kini menjadi tren digunakan di industri kopi sebagai pemanis alami, dinilai lebih sehat dibandingkan gula pasir, ternyata juga memiliki peranan penting bagi industri energi.

Aren ternyata memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku bioenergi, tepatnya bioetanol. Bioetanol merupakan sumber Bahan Bakar Nabati (BBN) yang bisa berperan mengurangi bahan bakar minyak fosil jenis bensin. 

CEO Pertamina New and Renewable Energy (PNRE) John Anis mengatakan, Indonesia memiliki lahan aren seluas 2 juta hektare (ha) yang bisa dikembangkan untuk menjadi bahan baku bioetanol.

"Jadi kami sudah bekerja sama dengan Kementerian Perhutanan, karena mereka bisa menyiapkan lahan, menurut mereka ada sekitar 2 juta hektare di seluruh Indonesia, tersebar ya. Itu yang potensi untuk aren ini," ungkap dia dalam Coffee Morning CNBC Indonesia di Jakarta, Jumat (16/5/2025).

"Yang menarik adalah, dari data statistik yang diberikan oleh mereka, itu per hektare, per tahunnya, bioetanol yang bisa dihasilkan oleh aren ini, sekitar 4 sampai 5 kali lebih besar dari yang lainnya baik dari gula, dari jagung," tambah John.

Menurut data Kementerian Pertanian, Indonesia memiliki luas areal tanaman aren yang tersebar di berbagai daerah, mencapai lebih dari 2 juta hektare, mencakup wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.

Nira dari Tanaman Aren

Dilansir dari laman resmi pertanian.go.id, produk paling dikenal dari tanaman aren adalah gula aren, berasal dari nira yang disadap dari bunga jantan maupun bunga betina, meskipun tak banyak petani yang menyadap bunga betina.

Pada 2023, produksi gula aren nasional diperkirakan mencapai 350.000 ton per tahun, yang sebagian besar dihasilkan petani kecil. Selain gula, nira aren juga digunakan sebagai bahan baku untuk minuman tradisional seperti tuak, sirup, dan minuman kesehatan berbasis herbal.

Produk olahan dari aren membuka peluang lebih luas bagi komersialisasi tanaman ini, sekaligus meningkatkan manfaat ekonomi bagi petani dan masyarakat. Aren tidak hanya berperan dalam industri pangan, tetapi juga memiliki potensi besar sebagai sumber energi alternatif. Nira aren dapat melalui proses fermentasi untuk menghasilkan bioetanol, yang merupakan bentuk energi terbarukan.

Menurut penelitian dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), produktivitas bioetanol dari aren bisa mencapai 20.000 liter per hektare setiap tahunnya, menjadikannya jauh lebih efisien dibandingkan bahan baku lain seperti jagung atau singkong. Selain keunggulan produktivitas, bioetanol berbasis aren juga menghasilkan emisi karbon yang jauh lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil, sehingga lebih ramah lingkungan.

Lebih dari itu, pemanfaatan aren dalam industri bioenergi berpotensi mempercepat diversifikasi energi di Indonesia, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Langkah ini juga mendukung target pemerintah untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan hingga 23% dari total konsumsi energi nasional pada 2025.

Namun sangat disayangkan, jumlah produksi nira aren di Indonesia sangatlah sedikit.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi nira aren di Indonesia mencapai 17,33 ton pada 2022 dan menurun pada 2023 menjadi 1,1 ton saja. Penurunan produksi ini menjadi kabar buruk di tengah kebutuhannya yang meningkat.

Provinsi dengan produksi nira aren terbesar adalah Sumatera, Jawa dan Sulawesi, yang menyumbang persentase terbesar dari total produksi nasional. Keberhasilan dalam memproduksi nira aren di beberapa provinsi tersebut disebabkan oleh kondisi geografis dan iklim yang mendukung pertumbuhan pohon aren secara optimal.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |