- Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam, IHSG menguat sementara rupiah melemah
- Wall Street ambruk berjamaah
- Pertemuan Xi Jinping, data PCE Amerika serta keputusan The Fed akan menjadi penggerak pasar hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan berjalan tak senada, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil kembali mencatatkan penguatan, sementara pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) justru lagi-lagi melemah. Musim rilis kinerja keuangan menjadi booster bagi pasar saham.
Pasar saham diperkirakan akan kembali volatile seiring dengan respon terhadap hasil laporan keuangan beberapa emiten big caps hingga penantian data-data ekonomi dari AS hingga China. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.
Pada perdagangan Kamis (30/10/2025), IHSG ditutup menguat 0,22% di level 8.184,06. Penutupan ini menjadi kenaikan IHSG selama dua hari beruntun, dan pada perdagangan intraday IHSG sempat menyentuh level psikologis 8.200 sebelum akhirnya kembali ke level 8.100.
Nilai transaksi mencapai Rp 21,81 triliun, melibatkan 36,17 miliar saham dalam 2,28 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar pun terkerek menjadi Rp 14.957 triliun.
Mengutip data Refinitiv, energi menjadi sektor yang naik paling kencang dengan penguatan 2,31%. Kemudian diikuti oleh konsumer non primer dan finansial yang masing-masing 1,89% dan 0,47%.
Tercatat, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) menjadi pendorong utama IHSG dengan kontribusi 19,25indeks poin. Kemudian diikuti oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) 13,18 indeks poin.
Kemudian PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) naik 7,14% ke level Rp 60 per saham dan menyumbang 8,61 indeks poin.
Sebagai informasi, volatilitas pergerakan IHSG masih terbilang tinggi. Pagi kemarin, indeks dibuka menguat 0,12% lalu berbalik arah ke zona merah sebelum balik lagi ke zona hijau jelang penutupan perdagangan.
Sementara itu, Pasar Asia-Pasifik bergerak bervariasi pada perdagangan Kamis (30/10/2025), setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyatakan bahwa pemangkasan suku bunga pada Desember belum menjadi "kesimpulan pasti".
The Fed diketahui telah memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin sesuai ekspektasi, membawa kisaran suku bunga menjadi 3,75%-4% pada Rabu kemarin.
Sementara itu, investor juga mencermati pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping yang menjadi pertemuan tatap muka pertama keduanya di masa jabatan kedua Trump.
Selain itu, pasar Korea Selatan juga menjadi perhatian setelah penasihat kebijakan utama Seoul, Kim Yong-beom, dilaporkan merilis rincian kesepakatan dagang dengan Washington.
Berdasarkan laporan media lokal, Korea Selatan akan menanamkan investasi sebesar US$200 miliar di AS dengan batas tahunan US$20 miliar. Sementara itu, sisa dari komitmen total senilai US$350 miliar yang diumumkan awal tahun ini akan dialokasikan untuk kerja sama di sektor perkapalan.
Beralih ke rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Kamis (30/10/2025) melemah ke posisi Rp16.635/US$1 atau terdepresiasi 0,15%. Angka ini sekaligus menjadi level penutupan terlemah di sepanjang Oktober 2025.
Pelemahan rupiah pada perdagangan kemarin terjadi setelah rilis hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) pada Kamis (30/10/2025) dini hari waktu Indonesia.
Dalam keputusan terbarunya, The Fed kembali memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 3,75%-4,00%. Langkah ini seharusnya menekan kekuatan dolar AS. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, dolar AS menguat di pasar global setelah pernyataan dari Gubernur The Fed Jerome Powell.
Powell menegaskan bahwa peluang pemangkasan suku bunga lanjutan pada Desember semakin kecil, dan meminta pasar untuk tidak berasumsi bahwa pelonggaran moneter akan terus berlanjut hingga akhir tahun.
Pernyataan tersebut segera mengubah ekspektasi pelaku pasar. Berdasarkan data CME FedWatch Tool, peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember turun menjadi sekitar 62%, dari sebelumnya 85% sebelum keputusan FOMC diumumkan.
Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Kamis (30/10/2025) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun naik 0,05% di level 5,9339%. Sebagai informasi, imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitu pun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).
Pages

 7 hours ago
                                4
                        7 hours ago
                                4
                    
















































