Jakarta, CNBC Indonesia - Tingginya angka kematian jemaah haji pada musim haji tahun ini menjadi sorotan Tim Amirul Hajj. Anggota Tim Amirul Hajj sekaligus Kepala BPOM, dr. Taruna Ikrar mengungkapkan, hingga sepekan sebelum puncak haji, jumlah kematian jemaah sudah lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Saat ini ada 108 jemaah yang meninggal dunia. Ini menjadi perhatian serius," ungkap dr. Taruna, dalam keterangan resminya pada Selasa (3/6/2025).
Menurut Taruna, ada kendala terkait izin operasional klinik dan praktik bagi tenaga kesehatan Indonesia di Arab Saudi. Hal ini membuat sebagian petugas tidak bisa melayani jemaah secara maksimal. "Sesuai aturan, tempat pelayanan dan petugas kesehatan yang bertugas di suatu negara harus memiliki izin operasional/praktik di wilayah tersebut," jelas dr. Taruna. Ia pun berencana untuk mengkomunikasikan persoalan ini langsung kepada Menteri Haji dan Menteri Kesehatan Arab Saudi.
"Banyak jemaah yang meninggal di hotel karena menahan sakit. Mereka stres jika harus dirujuk ke rumah sakit di sini, tidak ada teman, tidak paham bahasa. Saya bersama Amirul Hajj akan berbicara dengan otoritas Arab Saudi agar pelayanan bisa ditingkatkan," tuturnya.
Kementerian Kesehatan mencatat sebanyak 73% dari total jamaah haji Indonesia tahun 2024 memiliki penyakit penyerta atau komorbid. Adapun penyakit seperti pneumonia dan serangan jantung menjadi risiko kesehatan utama bagi jamaah di Arab Saudi.
Tak hanya itu, Kemenkes mendata, hampir separuh jemaah juga berasal dari kelompok lanjut usia berusia di atas 60 tahun.
Kementerian Kesehatan pun tengah menyusun strategi layanan kesehatan terpadu untuk menekan risiko kematian, terutama saat puncak pelaksanaan ibadah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
Direktur Jenderal SDM Kesehatan Kemenkes, Yuli Farianti mengatakan, strategi utama yang diterapkan adalah mengintegrasikan tim kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi dengan Tenaga Kesehatan Haji Kloter (TKHK).
"Strateginya adalah bersatunya PPIH yang akan dibagi menjadi 8 markaz/maktab. Para dokter spesialis akan standby di markaz tersebut. Dokter dan perawat juga akan diperbantukan ke markaz yang TKHK-nya sedikit, sementara jumlah jemaahnya banyak," ujar Yuli.
(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Efek Domino Perang Dagang ke Bisnis Parfum Lokal
Next Article Terungkap! 73% Jemaah Haji RI 2024 Punya Penyakit Komorbid