3 IPO Jumbo Siap Menggoyang Bursa, Ini Bocorannya!

5 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan bahwa tiga perusahaan berskala besar atau lighthouse companies tengah bersiap untuk melantai di pasar modal nasional. Ketiga perusahaan ini digadang-gadang memiliki aset jumbo dan akan menjadi pelengkap dari target emiten lighthouse IPO tahun ini.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, mengungkapkan bahwa ketiga perusahaan tersebut kini berada dalam tahap akhir proses menuju pencatatan saham perdana.

Setelah lima perusahaan besar berhasil tercatat tahun ini, saat ini masih ada tiga calon emiten lighthouse yang berada di pipeline kami dan sedang dalam proses menuju IPO.

Nyoman menekankan, kehadiran perusahaan beraset besar ini menjadi bukti nyata komitmen BEI untuk menjaga kualitas emiten yang tercatat di bursa. Kualitas dapat dilihat dari ukuran. IPO berskala besar atau Lighthouse IPO menjadi indikator penting. Salah satu kriteria utamanya adalah kapitalisasi pasar yang mencapai lebih dari Rp3 triliun.

Nyoman membeberkan, tiga perusahaan calon emiten tersebut bergerak di sektor perbankan, infrastruktur, dan tambang. "Jadi ini kita harapkan nanti akan mendapat tercatat di tahun 2025 ini," pungkasnya.

Kini investor pun menebak-nebak sosok 3 calon emiten dari sektor-sektor tersebut yang akan melantai di sisa 2 bulan akhir tahun 2025.

CNBC Indonesia menerawang beberapa rumor IPO yang akan melantai di sisa akhir tahun.

Dari sektor perbankan, kemungkinan ada dua calon emiten yang berpeluang untuk melantai di sisa akhir tahun ini.

Superbank

IPO PT Superbank Indonesia Tbk dengan kode saham BSPR, awalnya dirumorkan akan melaksanakan book building pada 10-13 Oktober 2025. Dengan harga ditawarkan antara Rp250 hingga Rp300 per lembar saham. Dimana Superbank akan meraih dana segar sekitar US$200 hingga US$300 juta atau setara Rp3,25 triliun hingga Rp4,88 triliun.

Superbank dikabarkan akan mengincar valuasi senilai US$1,5 miliar hingga US$2 miliar.

Jumlah saham yang ditawarkan sebanyak 35.880.690 lot atau 20,05% total saham. Dalam tangkapan layar itu beredar bahwa penjamin emisi atau underwriternya adalah Henan Putihrai Sekuritas, yang dimana merupakan salah satu sekuritas yang selalu sukses dalam membawakan berbagai saham IPO walau kanal resmi Henan Putihrai Sekuritas telah menyangkal informasi tersebut.

Akan tetapi berdasarkan informasi yang diterima oleh CNBC Indonesia Research, bahwa penjamin emisi IPO Superbank adalah CSLA Sekuritas dan Mandiri Sekuritas.

Meskipun kabar IPO Superbank telah dibantah oleh Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI), I Gede Nyoman Yetna, investor tetap antusias terhadap IPO Superbank dan mendorong kenaikan harga saham EMTK.

Superbank sebelumnya dikenal sebagai PT Bank Fama International (Bank Fama), yang berdiri di Bandung tahun 1993. Di awal 2023, Bank Fama secara resmi berubah nama menjadi Superbank dan kantor pusatnya dipindah ke Jakarta, sebagai bagian dari transformasi menjadi bank digital.

Superbank masuk ke dalam grup perusahaan konsorsium yang terdiri dari Emtek Group (PT Elang Media Visitama), Grab, Singtel, dan KakaoBank, serta A5-DB Holdings.

Dimana berdasarkan kepemilikan saham, Emtek Group melalui PT Elang Media Visitama menjadi pemegang saham terbesar sekitar 34,58%, Grab melalui PT Kudo Teknologi Indonesia sekitar 21,29%, Singtel Alpha Investments Pte Ltd sekitar 18,93%, KakaoBank asal Korea sekitar 10% dan A5-DB Holdings Pte Ltd sekitar 7,10%.

Superbank semakin agresif memperkuat posisinya di industri perbankan digital dengan meluncurkan berbagai inovasi produk.

Superbank meluncurkan Pinjaman Atur Sendiri (PAS), produk pinjaman digital dengan tenor fleksibel dan bunga transparan. Menyasar segmen ritel dan mitra ekosistem, termasuk pengguna Grab. Memberikan keleluasaan nasabah untuk mengatur sendiri jumlah pinjaman dan jangka waktu sesuai kebutuhan.

Superbank juga menjalin kolaborasi strategis dengan OVO bernama OVO Nabung. Melalui kerja sama dengan dompet digital OVO, Superbank menghadirkan fitur OVO Nabung, produk tabungan yang memberi kesempatan pengguna OVO untuk menabung langsung dari aplikasi.

Nasabah bisa menikmati bunga tabungan kompetitif dan kemudahan integrasi antara dompet digital dan layanan perbankan. Kolaborasi ini memperluas jangkauan Superbank ke jutaan pengguna OVO di Indonesia, memperkuat inklusi keuangan dan penetrasi produk digital.

Bank DKI

PT Bank DKI telah mendapatkan lampu hijau untuk melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hal itu disetujui dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) bank pembangunan daerah (BPD) itu, yang digelar pada Rabu (30/4/2025) lalu.

RUPST itu juga memberikan kewenangan kepada Direksi dan Dewan Komisaris Bank DKI untuk segala penyesuaian dan persiapan yang diperlukan untuk melaksanakan rencana IPO. Itu termasuk melakukan kajian secara komprehensif, dengan tetap memperhatikan kondisi perekonomian domestik maupun global, kondisi pasar saham di BEI.

Dalam RUPST tersebut, disepakati pula penambahan Modal Ditempatkan/Disetor Bank DKI sebesar jumlah yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan Tahun Anggaran 2024 (APBD), yang berasal dari kredit Hapus Buku eks BPPN dengan total Rp2,19 miliar sebagai setoran modal Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada bank itu.

Dengan penambahan Modal Ditempatkan/Disetor tersebut, maka Modal Ditempatkan/ Disetor Perseroan akan berubah dari semula sebesar Rp6.58 triliun menjadi Rp6.58 triliun, dan sisanya sebesar Rp 760,17 ribu dibukukan dalam Cadangan Umum Perseroan.

Sementara itu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelumnya menyatakan belum menerima pengajuan IPO Bank DKI.

Namun, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae mengatakan pihaknya senantiasa mendorong bank untuk terus memberikan nilai tambah strategis bagi seluruh stakeholders dan mendukung pendalaman pasar keuangan, salah satunya dengan melakukan penawaran umum perdana saham guna memperkuat permodalan dalam rangka pertumbuhan bisnis, meningkatkan transparansi dan tata kelola dengan status perusahaan terbuka.

"OJK akan mendorong semua BPD untuk bisa IPO ataupun menerbitkan obligasi," ujar Dian dalam keterangannya, dikutip Jumat (2/5/2025).

Akan tetapi, ia melanjutkan dalam rangka suksesnya IPO tersebut dan perlindungan terhadap investor, seluruh BPD akan diarahkan untuk memenuhi prasyarat mendasar. Antara lain, disiplin fiskal pemerintah daerah, profesionalisme, tata kelola, rentabilitas dari bank, dan rating yang baik dari lembaga pemeringkat yang kredibel.

Meraba IPO dari Infrastruktur dan Pertambangan

Sementara itu, untuk calon IPO di sektor infrastruktur dan pertambangan, CNBC Indonesia Research masih menerka-nerka bahwa kemungkinan akan berasal dari sosok group besar dan konglomerat. Namun berdasarkan kabar burung, calon IPO dari pertambangan berada di industri nikel. Sayangnya hingga saat ini belum diketahui siapa sosok emiten tersebut.

Namun sebelumnya, terdapat rumor anak usaha PT Harum Energy Tbk (HRUM) dan anak usaha Grup Jhohlin milik Haji Isam juga dikabarkan akan melantai di Bursa. Namun hingga saat ini belum terdapat nama perusahaan yang terkonfirmasi akan melaksanakan IPO.

Sebagai informasi, di sepanjang tahun ini, telah tercatat lima lighthouse IPO, yaitu PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI), PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), serta PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS).


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |