Ahli Temukan Bukti Kehancuran Negara Besar di Yerussalem

2 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam sebuah jurnal berjudul 'Radiocarbon Chronology of Iron Age Jerusalem Reveals Calibration Offsets and Architectural Developments', tim peneliti berusaha merekonstruksi sejarah perkotaan Yerusalem.

Mereka melakukan rekonstruksi dengan penanggalan radiokarbon, pengukuran radiokarbon atmosfer serta cincin pohon. Namun pekerjaan itu tak semudah yang dibayangkan.

Para peneliti mendapatkan tantangan dari dataran tinggi Hallstat. Campuran sinar kosmik dan atsmofer mengganggu penggunaan penanggalan radiokarbon, yang tidak menghasilkan usia spesifik.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, para ilmuwan menggunakan teks alkitab dan sejarah. Mereka juga mempelajari lewat tembikar dan sejumlah bukti dengan pengukuran radiokarbon.

Mereka berhasil melakukan lebih dari 100 pengukuran radiokarbon pada bahan organik. Sampel yang dikumpulkan juga berhasil diidentifikasi.

Penanggalan baru yang tepat dari situs-situs arkeologi di Yerusalem mendukung beberapa peristiwa bersejarah utama yang dijelaskan dalam Alkitab, termasuk pemukiman kota, gempa bumi besar, dan penghancurannya oleh bangsa Babilonia.

Elisabetta Boaretto, salah seorang peneliti dan direktur Scientific Archeology Unit Weizmann, mengatakan Yerualem adalah kota yang hidup. Wilayah itu juga disebutnya sebagai kota yang terus dibangun dan bukti arkeologi tersebar.

"Namun terlepas dari tantangan, konstruksi berlapis dan daratan tinggi Hallstatt, kami bisa menyusun kronologinya selama Zaman Besi," jelasnya dikutip dari Jerussalem Post.

Para peneliti memeriksa 103 sampel biji dan sisa-sisa lainnya dari lima situs di lingkungan Kota Daud kuno di Yerusalem, di sebelah selatan Temple Mount.

Pendekatan baru ini menerapkan penanggalan radiokarbon dan metode analisis yang tepat yang secara kolektif disebut "arkeologi mikro" pada lapisan sedimen yang terkait dengan biji-bijian dan kemudian memverifikasi tanggalnya dengan pengukuran radiokarbon atmosfer dari cincin pertumbuhan pohon yang tumbuh antara tahun 624 dan 572 SM.

Hal ini secara efektif menghilangkan ketidakpastian sebagian besar periode waktu dataran tinggi Hallstatt, kata Boaretto. Mereka menetapkan kronologi dengan menggunakan bukti-bukti kehancuran Babilonia pada tahun 586 SM.

Periode pemukiman berakhir dengan kebakaran besar yang diidentifikasi sebagai kehancuran Babilonia pada tahun 586 SM, yang dijelaskan dalam Alkitab dan catatan Neo-Babilonia.

Namun, tidak semua ahli yakin kronologi baru ini dapat diandalkan.

Israel Finkelstein, seorang profesor di Universitas Tel Aviv yang tidak terlibat dalam penelitian, mengatakan bahwa banyak sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari konteks arkeologi yang kurang ideal. Hanya satu dari lima situs sejarah yang dianggap dapat diandalkan.


(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Peneliti Hidupkan Kembali Wajah Wanita 10.500 Tahun

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |