Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia tidak pernah lupa sebuah ledakan besar di Kepulauan Marshall yang menggetarkan bumi. Tepat 73 tahun lalu pada 1 November 1952 bom termonuklir pertama diuji coba oleh Amerika Serikat.
Sebuah sejarah tak terlupakan terjadi di Atol Enewetak di Kepulauan Marshall, sekitar 4.800 kilometer di sebelah barat Honolulu Hawaii dan 7.100 kilometer dari Pantai Barat AS. Pada tanggal 1 November 1952, pukul 07.15, pemerintah AS meledakkan perangkat termonuklir pertama di dunia, dengan nama sandi "Mike", ledakan buatan manusia terkuat dalam sejarah hingga saat itu.
Mike melepaskan ledakan dahsyat sebesar 10,4 megaton, daya ledak yang 693 kali lebih dahsyat daripada bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima pada tahun 1945, dan merupakan tembakan terkuat keempat dari 1.054 uji coba nuklir yang tercatat dalam sejarah AS. Mengawali era termonuklir, tembakan Mike mengangkat ke tingkat baru kemampuan pemusnah massal yang baru diresmikan oleh manusia dengan senjata atom tujuh tahun sebelumnya yang meledakkan Hiroshima dan Nagasaki di Jepang.
Namun, 73 tahun berlalu bom pemusnah massal terus berkembang dan dimiliki oleh negara-negara di dunia dan menjadi ancaman keberlangsungan peradaban manusia.
Baru-baru ini, konflik di Timur Tengah menarik perhatian karena ada potensi terjadi perang nuklir. Sehingga harus dijaga dengan ketat dan mereka tidak ingin menggunakannya karena dapat berdampak serius.
Satu hulu ledak nuklir saja dapat menewaskan ratusan ribu orang, dengan konsekuensi kemanusiaan dan lingkungan yang berkepanjangan dan dahsyat. Alhasil, banyak negara yang sejatinya tak ingin menggunakan senjata ini.
Namun, persenjataan nuklir tetap menjadi tolok ukur penting pengaruh strategis. Distribusinya mencerminkan kekuatan, pencegahan, dan prioritas geopolitik. Senjata nuklir juga termasuk stok hulu ledak.
Menurut Status Kekuatan Nuklir Dunia 2025 yang dikeluarkan oleh Federasi Ilmuwan Atom, ada sekitar 12.331 hulu ledak nuklir, dengan lebih dari 9.600 unit dalam stok militer aktif yang dimiliki oleh beberapa negara, terutama negara-negara maju.
Meskipun jumlah ini merupakan penurunan yang signifikan dibandingkan sekitar 70.000 hulu ledak yang dimiliki oleh negara-negara bersenjata nuklir selama Perang Dingin, persenjataan nuklir diperkirakan akan bertambah dalam dekade mendatang dan kekuatan saat ini jauh lebih mumpuni.
Berdasarkan data dari Visual Capitalist, negara-negara ini memiliki hulu ledak nuklir yang cukup banyak. Perlu dicatat bahwa angka-angka ini hanya mencakup hulu ledak yang dikerahkan dan hulu ledak yang disimpan di pusat penyimpanan.
Data untuk visualisasi ini berasal dari SIPRI, yang diakses melalui Statista. SIPRI memeringkat negara-negara dengan hulu ledak nuklir terbanyak pada 2025, dan membandingkan estimasi tersebut dengan estimasi tahun 2024.
Menurut Status Kekuatan Nuklir Dunia 2025 yang dikeluarkan oleh Federasi Ilmuwan Atom, ada sekitar 12.331 hulu ledak nuklir, dengan lebih dari 9.600 unit dalam stok militer aktif yang dimiliki oleh beberapa negara, terutama negara-negara maju. Meskipun jumlah ini merupakan penurunan yang signifikan dibandingkan sekitar 70.000 hulu ledak yang dimiliki oleh negara-negara bersenjata nuklir selama Perang Dingin, persenjataan nuklir diperkirakan akan bertambah dalam dekade mendatang dan kekuatan saat ini jauh lebih mumpuni. Berdasarkan data dari Visual Capitalist, negara-negara ini memiliki hulu ledak nuklir yang cukup banyak. Perlu dicatat bahwa angka-angka ini hanya mencakup hulu ledak yang dikerahkan dan hulu ledak yang disimpan di pusat penyimpanan. Data untuk visualisasi ini berasal dari SIPRI, yang diakses melalui Statista. SIPRI memeringkat negara-negara dengan hulu ledak nuklir terbanyak pada 2025, dan membandingkan estimasi tersebut dengan estimasi tahun 2024. Berikut negara-negara yang memilik hulu ledak terbanyak di 2025.
Rusia dan AS Masih Mendominasi
Dua negara Adidaya yakni Rusia dan Amerika Serikat (AS) saat ini bersama-sama menguasai lebih dari 80% hulu ledak nuklir global. Rusia memimpin dengan 4.309 hulu ledak, sementara AS menyusul dengan 3.700.
Dominasi ini merupakan warisan Perang Dingin, yang mencerminkan puluhan tahun pengembangan senjata nuklir dan perencanaan pencegahan strategis. Jumlah hulu ledak nuklir AS mencapai puncaknya pada 1967, yaitu 31.255 hulu ledak, sementara Uni Soviet, kala itu, diperkirakan mencapai 40.000 hulu ledak pada 1986.
China Mulai Menyalip Rusia-AS
Stok hulu ledak China meningkat hingga 100, hanya dalam satu tahun, dari sebelumnya pada 2024 masih mencapai 500, menjadi 600 pada tahun ini, mewakili lonjakan 20%.
Meskipun masih jauh tertinggal dari AS dan Rusia, peningkatan tajam ini menandakan pergeseran strategis. Doktrin nuklir China, yang dulu terkendali, kini tampaknya berevolusi sebagai respons terhadap dinamika regional dan global.
(ras/ras)

5 hours ago
3

















































