Jakarta, CNBC Indonesia - Telegram disebut menolak permintaan dari negara Barat untuk membungkam suara konservatif saat pemilihan presiden putaran kedua di Rumania. Penolakan itu langsung disampaikan oleh pendiri Pavel Durov dalam unggahan di akun Telegram, tanpa menyebut negara mana yang dimaksud.
"Pemerintah Eropa Barat...menghubungi Telegram, meminta kami membungkam suara-suara konservatif di Rumania jelang pemilihan presiden hari ini. Saya tegas menolak," ucapnya dikutip dari Reuters, Selasa (20/5/2025).
Rumania akan memberikan suaranya pada Munggu mendatang. Pemilu kali ini mempertemukan euroskeptis sayap kanan garis keras dan independen aliran tengah.
Hasil pemilihan itu akan berdampak besar pada ekonomi Rumania, yang saat bersamaan berjuang untuk persatuan uni Eropa.
Pemilu tersebut memang cukup panas. Karena pada awalnya sempat dibatalkan atas dugaan campur tangan Rusia, yang kemudian dibantah oleh Moscow.
Keikutsertaan Rusia dikatakan untuk membantu calon sayap kanan ekstrem Calin Grogescu. Dia dilarang untuk mencalonkan diri lagi.
Durov menjelaskan tidak bisa mempertahankan demokrasi dengan menghancurkannya. Termasuk melakukan campur tangan pada pemilu.
"Anda punya kebebasan berbicara dan pemilu yang adil atau tidak. Dan rakyat Rumania berhak atas keduanya," jelas Durov.
Perancis disebut jadi pemerintah Barat yang dimaksud oleh Durov. Kementerian Luar Negeri setempat telah membantah tudingan tersebut.
"Perancis dengan tegas menolak tuduhan ini dan menyerukan kepada semua orang untuk bertanggung jawab dan menghormati demokrasi Rumania," kata Kementerian Luar Negeri Perancis dalam unggahan di akun X.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Beban Pajak Hingga Persaingan Harga "Hantui" Bisnis Telco 2025
Next Article Aplikasi Pengganti WhatsApp Ramai Diserbu, Ini Alasan Orang Pindah