Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang diplomat senior China telah memicu badai diplomatik antara Tokyo dan Beijing menyusul sebuah pernyataan di media sosial yang secara luas ditafsirkan sebagai ancaman terhadap Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi. Hal ini terkait dengan komentar Takaichi baru-baru ini mengenai Taiwan.
Diplomat yang memicu krisis ini adalah Xue Jian, Konsul Jenderal China di Osaka. Xue membalas komentar Takaichi melalui platform media sosial X (sekarang sudah dihapus), terkait hubungan Jepang dan Taiwan.
"Leher kotor yang menyela urusan kami sendiri. Saya tidak punya pilihan selain memotongnya tanpa ragu sedikit pun. Apakah Anda siap untuk itu?," tuturnya dikutip Newsweek
Pernyataan Xue memicu kritik luas di kalangan warganet dan anggota parlemen Jepang, dengan beberapa pihak menuntut permintaan maaf publik atau menyerukan diplomat tersebut dinyatakan sebagai "persona non grata" dan diusir dari negara itu.
"Nyatakan (Xue) persona non grata dan berikan pengusiran segera," kata Hiroshi Yamada, anggota majelis tinggi Jepang.
Xue, yang dikenal sebagai salah satu diplomat "Wolf Warrior" China karena retorika konfrontatifnya, mencoba meredakan situasi dalam unggahan lanjutan.
"Saya mendesak publik untuk menghentikan spekulasi, perluasan, dan distorsi sewenang-wenang dari kata-kata saya," ujarnya.
Ia menegaskan kembali bahwa akar masalah terletak pada politisi Jepang yang mengabaikan pernyataan berulang Beijing dan secara terang-terangan menyatakan bahwa 'darurat Taiwan adalah darurat Jepang' .
"Klaim seperti itu pasti akan menjadi ancaman kekerasan terhadap China," tegasnya
Kontroversi ini menyoroti risiko militer yang meningkat di sekitar Taiwan, yang diklaim China sebagai miliknya dan telah mengancam akan menyatukannya dengan paksa.
Bagi Jepang, sekutu utama perjanjian AS, agresi militer besar-besaran terhadap Taiwan akan mengganggu rantai pasokan global dan secara signifikan mengubah posisi militer China di dekat Jepang, yang mengandalkan rute maritim yang aman untuk 99% perdagangannya.
Sejumlah analis melihat reinterpretasi konstitusi pascaperang Jepang pada tahun 2015, yang memungkinkan "pertahanan diri kolektif," sebagai peluang bagi pasukannya untuk bergabung dengan AS dalam membela Taiwan jika konflik dianggap sebagai ancaman eksistensial bagi Jepang.
(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Diplomat Senior China Liu Jianchao Dikabarkan Diinterogasi, Ada Apa?

1 hour ago
2

















































