Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia masih mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang solid di tengah berbagai tantangan global maupun domestik. Bersamaan dengan itu, kinerja pasar modal juga tumbuh positif seiring optimisme terhadap ekonomi nasional.
Dari sisi ekonomi, Ketua Acara CSA Awards 2025, Prof. Roy Sembel menuturkan, Pemerintah Indonesia menjalani fase konsolidasi ekonomi pada tahun ini. Pasalnya, seluruh Kementerian/Lembaga (K/L) masih perlu melakukan penguatan kinerja dan tata kelolanya.
"Harapannya tahun depan sudah semakin beres dengan membuat program pemerintah yang pernah sempat tertunda-tunda itu bisa berjalan lebih lancar," ujar dia dalam acara "Market Outlook 2026: Navigating 2026 - Trust, Stability, and Financial Resilience" yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Analis Efek Indonesia (PAEI) di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Jakarta, ditulis Jumat (7/11/2025).
Menurutnya, melalui berbagai langkah deregulasi serta kebijakan strategis lainnya, ekonomi Indonesia mulai tumbuh positif pada pertengahan tahun ini. Ditambah lagi, adanya berbagai faktor positif memungkinkan ekonomi Indonesia untuk tumbuh lebih baik pada masa mendatang.
Di sisi lain, Analis Pasar Modal sekaligus Ketua Dewan Juri CSA Research Competition, Hans Kwee mengatakan, sejalan dengan kondisi ekonomi yang solid, jumlah investor ritel pasar modal di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga terus tumbuh dan kini sudah mencapai 19 juta investor.
"Kelihatannya pertumbuhan investor ritel itu cukup signifikan dan yang ada beberapa yang cukup menarik sesudah ada gelontoran dana Rp 200 triliun yang turun ke perbankan itu bunga itu agak bergerak turun. Jadi kita lihat transaksi di bursa itu bergerak naik ke atas," ungkap dia.
Menariknya, dominasi kepemilikan asing di pasar modal nasional mulai bergerak turun. Hans Kwee bilang, persentase kepemilikan asing di pasar saham berada di kisaran 40% sampai 47%, namun trennya cenderung turun. Kendati begitu, nilai investasi dari para investor asing justru meningkat. Hal ini menandakan bahwa investor asing sedang melakukan rebalancing portofolio investasinya.
Terlepas dari itu, peran investor asing tetap besar dalam pasar saham Indonesia. Dengan nilai investasi yang besar, transaksi yang dilakukan investor asing dapat menggerakan bursa saham ke arah yang positif. Sebaliknya, ketika investor asing keluar dari pasar, maka Indeks Harga Saham Indonesia (IHSG) juga rentan mengalami koreksi.
Sementara itu, Kepala Departemen Pengawasan Lembaga Efek Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Edi Broto Suwarno, menegaskan pentingnya membangun kepercayaan, stabilitas, dan ketahanan keuangan sebagai fondasi menghadapi dinamika pasar modal pada 2026 mendatang.
Dia berpendapat, tahun 2026 akan menjadi periode krusial bagi pemulihan dan konsolidasi pasar modal Indonesia setelah berbagai dinamika global dan domestik.
"OJK berkomitmen memperkuat kepercayaan investor dan stabilitas kelembagaan di sektor pasar modal melalui pengawasan yang adaptif dan kolaboratif. Prinsip trust dan resilience akan menjadi kunci menghadapi tantangan ekonomi global yang terus berubah," ujar Edi Broto.
Edi juga menekankan pentingnya kolaborasi antara regulator, pelaku industri, dan analis pasar modal dalam membangun ekosistem yang transparan dan berdaya saing. Oleh karena itu, OJK mendorong sinergi untuk memperluas basis investor domestik, memperkuat tata kelola lembaga efek, serta meningkatkan literasi keuangan masyarakat agar partisipasi publik di pasar modal semakin berkelanjutan.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BEI Terapkan Short Selling Pada 26 September 2025

2 hours ago
3

















































