Harga Minyak Dunia Merosot, Pasar Khawatir Oversupply

2 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia kembali tergelincir pada perdagangan Selasa (11/11/2025), seiring meningkatnya kekhawatiran terhadap kelebihan pasokan global (oversupply) yang menahan sentimen positif di pasar energi.

Berdasarkan Refinitiv, pukul 09.55 WIB, harga minyak mentah Brent (LCOc1) melemah ke posisi US$63,88 per barel, turun 0,28% dari penutupan sebelumnya di US$64,06 per barel.

Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) (CLc1) juga terkoreksi 0,32% ke level US$59,94 per barel dari US$60,13 per barel. Pelemahan ini menandai penurunan kedua secara beruntun setelah sempat menguat di akhir pekan lalu. 

Menurut laporan Reuters sebelumnya harga minyak sempat mendapat dukungan dari kabar bahwa penutupan sebagian kegiatan pemerintahan (shutdown) Amerika Serikat berpotensi berakhir pekan ini, setelah kompromi politik di Senat AS mulai menunjukkan hasil positif. Namun, harapan tersebut belum mampu menahan tekanan dari sisi suplai global yang terus meningkat.

Dalam pertemuan terbarunya, OPEC+ sepakat menaikkan target produksi bulan Desember sebesar 137.000 barel per hari, mengikuti pola peningkatan bertahap yang juga dilakukan pada Oktober dan November. Meski begitu, kelompok produsen minyak itu menunda rencana penambahan produksi lebih lanjut pada kuartal pertama tahun depan, dengan alasan menjaga stabilitas harga.

Di sisi lain, sentimen negatif juga muncul dari sanksi baru Amerika Serikat terhadap dua raksasa energi Rusia, Rosneft dan Lukoil. Menurut Reuters, Lukoil bahkan telah menyatakan force majeure di salah satu ladang minyaknya di Irak, sementara pemerintah Bulgaria disebut bersiap mengambil alih kilang Burgas milik perusahaan tersebut.

Langkah ini menjadi dampak paling signifikan dari kebijakan sanksi Washington yang dijatuhkan bulan lalu, sehingga menambah ketidakpastian pasokan di kawasan Eropa Timur.

Sementara itu, di kawasan Asia, tekanan tambahan datang dari meningkatnya volume minyak yang disimpan di kapal tanker, yang dilaporkan melonjak dua kali lipat dalam beberapa pekan terakhir.

Kondisi ini mencerminkan lemahnya permintaan dari kilang independen di China akibat kuota impor yang terbatas, sementara sanksi Barat juga memperketat arus ekspor minyak Rusia ke China dan India.

Sejumlah kilang di Asia kini mulai beralih ke pasokan dari Timur Tengah, Afrika, dan kawasan Amerika Latin. Namun, langkah diversifikasi ini belum cukup untuk menekan harga global yang kini bergerak di bawah tekanan sisi suplai.

CNBC Indonesia


(emb/emb)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Tensi AS-Iran Bikin Harga Minyak Naik ke Level Tertinggi 2 Bulan

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |