Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia menguat pada perdagangan Senin (10/11/2025) pagi waktu Indonesia, didorong optimisme bahwa kebuntuan politik di Amerika Serikat (AS) akan segera berakhir. Meski begitu, kekhawatiran terhadap kelebihan pasokan global masih menjadi bayang-bayang utama di pasar energi.
Berdasarkan data Refinitiv pada pukul 10.10 WIB, harga minyak mentah Brent tercatat naik ke level US$64,07 per barel, dari sebelumnya US$63,63. Sementara minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) juga menguat ke US$60,22 per barel, dari US$59,75 pada penutupan akhir pekan lalu.
Kenaikan harga ini terjadi seiring ekspektasi bahwa shutdown pemerintah AS yang telah memasuki hari ke-40 akan segera berakhir. Senat AS dikabarkan tengah bergerak menuju pemungutan suara untuk membuka kembali pemerintah federal, langkah yang dinilai akan mengembalikan gaji bagi sekitar 800 ribu pegawai negeri sipil dan menghidupkan kembali sejumlah program vital.
Analis pasar IG, Tony Sycamore, menjelaskan bahwa pembukaan kembali pemerintahan AS berpotensi meningkatkan kepercayaan konsumen serta aktivitas ekonomi di negara dengan konsumsi minyak terbesar di dunia tersebut. "Hal ini juga diharapkan dapat memperbaiki sentimen risiko di pasar dan mendorong harga WTI kembali ke kisaran US$62 per barel," ujarnya dilansir dari Reuters.
Namun, di sisi lain, pasar masih dibayangi kekhawatiran atas kondisi pasokan global. Sepanjang pekan lalu, baik Brent maupun WTI mencatat penurunan sekitar 2% akibat ekspektasi berlebihnya pasokan minyak di pasar internasional.
OPEC+ sendiri dikabarkan memutuskan untuk menambah produksi sedikit pada Desember 2025, namun menunda kenaikan berikutnya hingga kuartal pertama 2026 guna mengantisipasi potensi kelebihan pasokan. Keputusan ini mencerminkan upaya hati-hati kartel minyak tersebut dalam menjaga keseimbangan pasar di tengah ketidakpastian permintaan.
Sementara itu, data terbaru menunjukkan persediaan minyak di AS terus meningkat, menandakan lemahnya serapan domestik di tengah situasi politik yang belum stabil. Di kawasan Asia, volume minyak di kapal-kapal pengangkut dilaporkan meningkat dua kali lipat dalam beberapa minggu terakhir. Lonjakan ini terjadi seiring sanksi baru Barat terhadap ekspor Rusia yang membuat China dan India kesulitan mencari pasokan.
Pengolah minyak di India kini mulai beralih ke Timur Tengah dan Amerika Serikat untuk menggantikan pasokan Rusia. Di sisi lain, perusahaan minyak Rusia Lukoil dikabarkan menghadapi gangguan operasional menjelang tenggat 21 November - batas waktu bagi perusahaan untuk menghentikan bisnis dengan mitra yang masih terafiliasi dengan Rusia setelah rencana penjualan ke pedagang Swiss, Gunvor, gagal.
Menambah tekanan di pasar, keputusan Presiden AS Donald Trump untuk memberikan pembebasan sanksi selama satu tahun kepada Hongaria atas impor minyak Rusia juga menimbulkan kekhawatiran baru tentang kelebihan pasokan global. Kebijakan ini dianggap berpotensi memperlonggar disiplin sanksi dan memperbanyak suplai minyak di pasar Eropa Timur.
CNBC Indonesia
(emb/emb)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tensi AS-Iran Bikin Harga Minyak Naik ke Level Tertinggi 2 Bulan

3 hours ago
2

















































