Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tiba-tiba balik arah ke zona hijau pada akhir perdagangan sesi pertama, Rabu (5/11/2025). Indeks yang sebelumnya dibuka di zona merah berakhir naik 0,26% atau menguat 21,22 poin ke level 8.263,13.
Sebanyak 266 saham turun, 349 naik, dan 192 tidak bergerak. Nilai transaksi hingga jeda makan siang mencapai Rp 9,57 triliun, melibatkan 22,32 miliar saham dalam 1,29 juta kali transaksi.
Mayoritas sektor perdagangan bergerak di zona hijau dengan penguatan terbesar dicatatkan oleh utilitas, teknologi dan konsumer non-primer. Adapun sektor properti, energi mencatatkan koreksi paling dalam hari ini.
Emiten konglomerat tercatat menjadi pemberat utama pergerakan IHSG hari ini. Perusahaan tambang Grup Sinar Mas, Dian Swastatika Sentosa (DSSA), tercatat menjadi pemberat utama kinerja IHSG hari ini.
Lalu diikuti oleh emiten tambang batu bara Baya Resources (BYAN) dan emiten properti Hermanto Tanoko, Jaya Sukses Makmur Sentosa (RISE)..
Sementara itu pasar modal di kawasan kompak berada di zona merah pagi ini.
Mengutip CNBC, S&P/ASX 200 Australia mengawali hari dengan penurunan 0,19%.
Nikkei 225 Jepang melemah 0,25%, sementara Topix melemah 0,26%. Kospi Korea Selatan melemah 1,9% dan Kosdaq berkapitalisasi kecil melemah 0,95%.
Indeks berjangka Hang Seng Hong Kong mencatatkan pembukaan yang sedikit lebih rendah di level 25.917 dibandingkan penutupan terakhir indeks di level 25.952,4.
Adapun pelaku pasar modal di Tanah Air menanti dengan seksama rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2025 yang akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Data ini akan berpengaruh pada pergerakan pasar keuangan Tanah Air.
Lonjakan dolar AS juga mesti diwaspadai karena bisa membuat rupiah semakin tertekan.
Selain itu, pelaku pasar hari ini juga perlu mencermati pengumuman tinjauan reguler (index review) MSCI untuk periode November 2025.
Perubahan konstituen yang diumumkan akan mulai berlaku efektif pada 25 November 2025 mendatang, dan biasanya menimbulkan periode volatilitas tinggi menjelang implementasi.
Dalam tinjauan kali ini, sejumlah saham Indonesia disebut berpotensi mengalami perubahan posisi dalam indeks MSCI.
Beberapa emiten domestik yang dinilai berpeluang masuk atau naik kelas antara lain PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), setelah keduanya diperkirakan telah memenuhi syarat free float dan likuiditas.
Sebaliknya, sejumlah saham disebut berisiko keluar atau diturunkan kelas, seperti PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).
Masuknya saham ke dalam indeks MSCI biasanya mendorong aliran dana asing (foreign inflow) karena banyak dana indeks dan exchange-traded fund (ETF) global yang mereplikasi konstituen MSCI.
Namun sebaliknya, keluarnya saham dari indeks dapat menimbulkan tekanan jual akibat penyesuaian portofolio oleh manajer investasi global.
Periode antara pengumuman hingga tanggal efektif pada 25 November 2025 mendatang, diperkirakan akan menjadi momen yang cukup dinamis bagi IHSG, terutama bagi saham-saham dengan kapitalisasi besar yang menjadi kandidat perubahan.
Jika terdapat lebih banyak saham besar yang keluar atau turun kelas, sentimen pasar bisa tertekan, dan menjadi salah satu pemicu koreksi IHSG dalam jangka pendek.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
IHSG Terkoreksi 0,68% Tertekan Kinerja Saham AMMN & BBCA

3 hours ago
2
















































