Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan kebutuhan investasi untuk merealisasikan proyek hilirisasi mencapai US$ 618 miliar atau sekitar Rp 10.084 Triliun (asumsi kurs Rp 16.313) hingga 2040. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.
"Kita sudah agendakan sampai 2040 kita membutuhkan kurang lebih 618 miliar dolar ini data dari pak nurul Deputi di Kementerian Investasi," kata Bahlil dalam acara Human Capital Summit (HCS) 2025, Selasa (3/6/2025).
Menurut bahlil, kebutuhan dana investasi tersebut tidak hanya untuk proyek hilirisasi di sektor mineral dan batu bata (minerba) serta minyak dan gas (migas). Namun juga mencakup hilirisasi di sektor pertanian dan perkebunan.
"US$ 618 miliar dolar ini kita bangun hilirisasi tidak hanya migas dan batu bara, pertanian, perkebunan ini yang sedang ditakuti oleh negara lain makanya sekarang banyak LSM yang serang Indonesia terkait hilirisasi. Serang terkait nikel serang terkait bauksit, timah karena mereka tahu ini," ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung berharap proyek hilirisasi dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan. Khususnya bagi Indonesia dan mendorong nilai tambah di dalam negeri.
"Jadi untuk dampak ekonomi terhadap hilirisasi ini Kita mengharapkan akan terjadi investasi sekitar US$ 618 miliar," kata Yuliot dalam Rapat Kerja bersama DPD RI, Senin (24/2/2025).
Di samping itu, Yuliot membeberkan bahwa program hilirisasi ini juga berpotensi memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar US$ 235,9 miliar dan terhadap ekspor hingga US$ 857,9 miliar.
"Di mana sekitar 80% untuk hilirisasi ini adalah berasal dari mineral dan batu bara Dan juga sekitar 10% itu dari migas. Jadi nanti ada kontribusi dari sektor lain, dari perkebunan, dari kelautan, dari perikanan, dari kehutanan," katanya.
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Menanti Gebrakan Hilirisasi Batu Bara di Era Prabowo
Next Article Riset Ini Ungkap Kunci Sukses Hilirisasi Mineral di Indonesia