Jakarta, CNBC Indonesia - Pekerjaan sebagai peneliti AI jadi rebutan perusahaan besar seperti OpenAI hingga Google. Mereka yang menjadi incaran ditawari posisi dengan gaji hingga miliaran rupiah.
Reuters mengutip tujuh sumber untuk mengonfirmasi hal ini. Perusahaan memang cukup loyal untuk memberikan gaji besar pada para peneliti AI. Bentuknya mulai bonus dan paket gaji, dikutip dari Reuters, Kamis (22/5/2025).
Salah satunya perusahaan mantan kepala ilmuwan OpenAI, Ilya Sutskever bernama SSI. Beberapa peneliti ditawari bonus retensi US$2 juta (Rp 32,6 miliar) serta peningkatan ekuitas US$20 juta (Rp 326,3 miliar) atau lebih jika bertahan.
Sementara itu, peneliti OpenAI ditawari US$1 juta (Rp 16,3 miliar) untuk tetap bekerja di sana. Dia diketahui menerima tawaran dari Eleven Labs.
Seorang sumber juga menyebutkan peneliti papan atas di OpenAI menerima paket kompensasi lebih dari US$10 juta (Rp 163,1 miliar) per tahun.
Sementara itu, DeepMind dari Google menawari para peneliti papan atas US$20 juta per tahun untuk paket kompensasi. Mereka juga mengantongi hibah ekuitas di luar siklus khusus dan mengurangi vesting sejumlah saham dari 4 tahun menjadi 3 tahun.
Para perusahaan teknologi memang memburu para peneliti AI. Ariel Herbert Voss yang pernah bekerja sebagai mantan peneliti OpenAI mengatakan mereka bergerak dengan cepat dan mau membayar mahal.
"Mereka ingin bergerak secepat mungkin, jadi bersedia membayar mahal untuk kandidat dengan keahlian khusus serta pelengkah, seperti bidak permainan. Mereka seperti apakah saya punya cukup benteng dan ksatria," jelas Voss yang kini membuka perusahaannya sendiri, RunSybil.
Para pemimpin perusahaan juga langsung turun langsung untuk merekrut para kandidat terbaik. Ini terjadi pada salah satu peneliti di balik terobosan AI di OpenAI, Noam Brown.
Pada 2023 saat menjajaki peluang kerja, Brown menyadari didekati oleh para orang penting di teknologi. Dari pendiri Google Sergey Brin untuk makan siang hinga bermain poker di tempat bos OpenAI Sam Altman
Brown akhirnya memutuskan bekerja untuk OpenAI. Namun dia mengaku bukan pilihan terbaik secara finansial.
Alasannya karena pembuat ChatGPT mau menempatkan sumber daya, manusia dan komputasi pada pekerjaan yang dia sukai. Kebanyakan peneliti, dia mengatakan kompensasi bukan hal penting.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Jurus Dompet Digital Lawan Penipuan Yang Kuras Duit Nasabah
Next Article Bos Google Ekstra Hati-Hati, Ada Tantangan Besar di 2025