Startup 'Hotel' Rp 30 T Bangkrut, Usir Pengunjung-Tamu Kocar-Kacir

2 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Sonder, perusahaan penyewaan jangka pendek yang sempat berstatus unicorn dengan valuasi US$1,9 miliar (Rp 31,7 triliun) saat IPO, mengumumkan rencana pengajuan pailit. Keputusan ini diambil setelah Marriott International mengakhiri perjanjian lisensi 20 tahun mereka, dan Sonder memutuskan untuk menutup operasinya di AS secara permanen.

Keputusan Sonder untuk menghentikan operasi dan mencari likuidasi yang diawasi pengadilan untuk bisnis AS-nya didorong oleh kondisi keuangan yang memburuk. Dalam sebuah pernyataan, Marriott mengumumkan bahwa perjanjian lisensi yang ditandatangani pada Agustus 2024 yang memungkinkan properti Sonder dipesan melalui situs Marriott Bonvoy dan dilihat sebagai penyelamat perusahaan "tidak lagi berlaku" karena "kelalaian" (default) Sonder.


"Mengingat upaya yang tidak berhasil ini dan kondisi keuangan (Sonder), Dewan Direksi membuat keputusan sulit untuk menghentikan operasi dan mengupayakan likuidasi bisnis AS yang diawasi pengadilan segera," demikian bunyi pernyataan Sonder, dikutip CNBC International, Kamis (13/11/2025).

Pejabat Eksekutif Sementara Sonder, Janice Sears, menyatakan bahwa masalah integrasi teknis yang tidak terduga dengan Marriott Bonvoy telah menyebabkan "biaya integrasi yang signifikan, tidak terduga, serta penurunan tajam dalam pendapatan".

"Kami sangat terpukul mencapai titik di mana likuidasi adalah satu-satunya jalan ke depan," katanya.


Penutupan yang mendadak ini menyebabkan kekacauan besar, memaksa para tamu yang menginap di properti Sonder untuk bergegas mencari akomodasi alternatif. Para tamu hotel Sonder yang diwawancarai mengaku terkejut dan beberapa bahkan diperintahkan untuk mengosongkan kamar mereka dengan pemberitahuan kurang dari 24 jam.

Seorang pelancong, Connie Yang, yang telah membayar di muka untuk menginap di Sonder Battery Park, New York, hingga 17 November, menerima email pada hari Minggu, , yang memintanya mengosongkan hotel pada pukul 9 pagi keesokan harinya. Alasannya adalah berakhirnya perjanjian lisensi dengan Marriott, dan "seluruh gedung diminta untuk dikosongkan."

"Tetangga saya sedang membantu suaminya menjalani terapi kanker, dan mereka sudah membayar untuk sebulan penuh," kata Yang.

"Itu di luar nalar," tambahnya.

Di sisi lain, ada juga yang mengatakan bahwa pengunjung melihat bagaimana staf Sonder menangis karena mereka "tidak tahu apa-apa" mengenai penutupan tersebut.

"Pada Senin pagi, orang-orang kocar-kacir untuk pergi sebelum mereka mengunci gedung. Kami semua ditinggalkan untuk kocar-kacir," tambahnya.

Sonder, yang beroperasi di 40 kota di seluruh dunia dan diposisikan sebagai gabungan antara Airbnb dan hotel, mengadopsi strategi "padat aset" dengan banyak hotel melalui sewa jangka panjang, sebuah model yang kini dihindari oleh banyak perusahaan di sektor perhotelan. Marriott sendiri menyatakan prioritasnya adalah mendukung tamu yang memesan langsung melalui saluran Marriott untuk mendapatkan akomodasi alternatif.


(tps/sef/tps)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Tak Semua Orang Tahu, Ternyata Ini Penguasa Pemilik Hotel di Jakarta

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |