Tafakur Imam Yahya bin Ma’in: Ahli Ilmu Rijal Al Hadist Abad ke-2 Hijriah Dari Desa Niqya Kota Anbar – Irak

4 hours ago 5

Oleh Dr. Tgk. H. Zulkarnain, MA.(Abu Chik Diglee)

Imam Yahya Bin Ma’in (امام يحي بن معين) adalah seorang ulama yang masyhur sebagai ahli dalam bidang cabang ilmu Rijal al Hadist atau seorang yang ahli dalam analis kritis terhadap para perawi hadist yang oleh Imam Ibnu Hajar al Asqalani diberi julukan sebagai Imam al Jarh wa Ta’dil. Selain itu, Imam Yahya Bin Ma’in merupakan salah seorang dari guru terkemuka Imam al Bukhari dan juga seorang ulama senior dalam bidang hadist dari semua ulama ahli hadits yang hidup sezaman dengannya, seperti Imam Ali al Madini, Imam Ahmad Bin Hanbal, Imam Ishaq Bin Rahawaih, dan Imam Abu Bakar Bin Abi Syaibah.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Nama lengkap Imam Yahya Bin Ma’in adalah Imam Yahya Bin Ma’in Bin ‘Aun Bin Ziyad Bin Bistham al Ghatafani al Baghdadi yang populer dengan sebutan Imam Ibnu Ma’in atau Imam Abu Zakaria. Imam Yahya Bin Ma’in lahir di Desa Niqya Kegubernuran al Anbar di negeri Irak pada tahun 158 Hijriah (774 M), pada era kekuasaan dinasti Abbasiyah. Meskipun Imam Yahya Bin Ma’in dilahirkan di negeri Irak, namun leluhurnya berasal dari kota Sarakhis negeri Persia.

Sedangkan, ayah Imam Yahya Bin Ma’in adalah seorang tokoh dan terkenal kaya di kota al Anbar – Irak, sehingga di waktu wafat ayah Imam Yahya Ibnu Ma’in meninggalkan harta warisan sebanyak satu juta dirham untuk dirinya. Imam Yahya Bin Ma’in wafat pada malam Jum’at bulan Dzulhijjah tahun 233 Hijriah (847 M) di Madinah dalam usia 75 tahun, jenazahnya langsung dimandikan oleh orang-orang keturunan Bani Hasyim yang ada di Madinah dan jenazahya dimandikan dengan menggunakan al A’wad, yaitu tempat dimana jenazah Nabi Muhammad Saw pernah dimandikan sebagai penghargaan atas jasa jasanya menyelamatkan hadits dari kepalsuan dan kedustaan melalui ilmu Rijal al Hadits yang beliau kembangkan.

Kemudian, jenazah Imam Yahya Bin Ma’in dimakamkan di pemakaman Baqi’ al Gharqad di Madinah. Para ulama memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap kemampuan dan keilmuan Imam Yahya Bin Ma’in. Di antaranya adalah Imam Ahmad Bin Hanbal yang mengatakan bahwa Imam Yahya Bin Ma’in adalah ulama yang paling paham di antara kami tentang perawi hadist.

Selanjutnya Imam al Nasa’i mengatakan bahwa Imam Yahya Bin Ma’in adalah tsiqah (terpercya) dan amanah. Imam Ali al Madini mengatakan, Aku tidak pernah melihat ada orang yang menulis hadist yang lebih rapih dan lebih bagus dari pada tulisan Imam Yahya Bin Ma’in. Sedangkan Imam Yahya al Qathan mengatakan, bahwa belum pernah ada orang yang mendatangi kami seperti dua orang ini, yaitu Imam Yahya Bin Ma’in dan Imam Ahmad Bin Hanbal dalam keahlian hadist.

Imam al Dzahabi menyebutkan, Imam Yahya Bin Ma’in dengan sebutan Sayyid al Hufadz (Pemimpin para pakar hadist), Malik al Huffadz (Rajanya para penghafal hadist), dan Syekh al Muhadditsin (Gurunya para ahli hadist).

Selanjutnya, Imam Yahya Bin Ma’in juga meninggalkan banyak karya akademik, seperti kitab al Tarikh wa al Ilal, kitab Ma’rifah al Rijal, dan lain-lainnya. Adapun guru-guru dari Imam Yahya Bin Ma’in di antaranya adalah Imam Abdullah Bin Mubarak, Imam Sufyan Bin Uyainah, Imam Waki’, Imam Abdurrahman Bin Mahdi, dan lain-lainnya.

Pengembaraan keilmuan Imam Yahya Bin Ma’in meliputi wilayah Irak, Hijaz, al Jazirah, Syam, dan Mesir. Lalu, sebagai seorang ulama yang tersohor pada zamannya, tentunya Imam Yahya Bin Ma’in memiliki banyak murid yang terkemuka, di antaranya adalah Imam al Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud al Sijistani, Imam Abu Zur’ah al Razi, Imam Abu Hatim al Razi, Imam Ibrahim Bin Abdillah al Junaid, Imam Ahmad Bin Ali al Marwazi, Imam Ibrahim Bin Ya’kub al Juzajani, dan lain-lainnya.

Di samping itu, Imam Yahya Bin Ma’in adalah sosok ulama ahli hadits yang sangat teliti dengan prinsipnya : اذا كتبت فقمش و اذا حدثت ففتش. Artinya, jika menulis, maka mengaculah kepada banyak referensi dan jika kamu menyampaikan hadist, maka telitilah. Banyaknya karya akademik yang dihasilkan oleh Imam Yahya Bin Ma’in terlihat jelas di saat beliau meninggal dunia, di mana ditemukan 114 Qimathr (keranjang dari anyaman rotan), yang dipenuhi dengan kitab-kitab karyanya.

Kemudian, Imam Yahya Bin Ma’in menghabiskan seluruh harta miliknya yang ia peroleh dari watisan ayahnya untuk pengembangan dan pengembaraan ilmu yang dilakukannya, sampai-sampai untuk membelibsandalpun akhirnya ia tidak lagi memiliki uang, begitulah semangat dan pengorbanan Imam Yahya Bin Ma’in dalam mencari dan mengembangkan ilmu keIslaman, terutama dalam hal ilmu hadist.

Adapun Imam Malik Bin Anas yang lahir lebih awal yaitu tahun 93 Hijriah dari Imam Yahya Bin Ma’in, sudah pernah menjelaskan tentang pengorbanan dalam mencari ilmu seperti yang dikemudian hari dijalani oleh Imam Yahya Bin Ma’in.

Imam Malik Bin Anas mengatakan, لا يبلغ احد من هذا العلم ما يريد حتى يضربه الفقر و يؤثره على كل شيء. Artinya, seseorang tidak akan mencapai ilmu ini, sesuai dengan yang diharapkan sehingga ia menjadi fakir dan berpengaruh kepada semuanya. Narasi di atas, dapat dibayangkan, bagaimana ilmu keIslaman itu dicari dan dikembangkan melalui banyak pengorbanan, baik dari segi harta, tenaga, pikiran, dan juga perasaan.

Semoga Allah Swt memberikan kebaikan dan pahala yang banyak kepada Imam Yahya Bin Ma’in atas semua sumbangsih ilmu yang telah diberikannya untuk umat dan dunia Islam. Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin. Wallahua’lam. WASPADA.id

Penulis adalah Dosen Hadist Ahkam dan Hukum Keluarga Islam di Asia Tenggara Pascasarjana IAIN Langsa

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |