Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah tengah menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 8% di akhir masa pemerintahan Presiden. Namun, upaya tersebut dinilai tidak cukup hanya dengan mendistribusikan dana atau stimulus ke daerah. Diperlukan langkah strategis untuk mempercepat arus devisa masuk ke Indonesia melalui pembukaan konektivitas internasional yang lebih luas.
Direktur KEK Tanjung Kelayang Daniel Alexander menilai bahwa peningkatan konektivitas udara internasional merupakan langkah cepat yang bisa langsung memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi.
"Pak Presiden punya program pertumbuhan ekonomi 8% di akhir periode pemerintahan beliau. Jadi ini tidak bisa dilakukan dengan mendistribusikan rupiah, saya pikir. Mendistribusikan rupiah dari Jakarta ke seluruh provinsi itu hal yang bagus untuk menstimulasi potensi-potensi pertumbuhan ekonomi. Hanya pertumbuhan ekonomi sendiri ke 8% itu hanya bisa dicapai dengan sesegera mungkin mendatangkan devisa, jadi foreign currency masuk ke Indonesia," ujar Daniel kepada CNBC Indonesia, Minggu (25/10/2025).
Menurutnya, salah satu cara paling efektif adalah dengan membuka jalur penerbangan internasional dari berbagai daerah di Indonesia yang memiliki potensi wisata dan ekonomi, artinya membuka konektivitas internasional sebesar-besarnya.
Foto: KEK Tanjung Kelayang. (Ist/Website KEK)
KEK Tanjung Kelayang. (Ist/Website KEK)
"Dan itu sudah dilakukan. Tapi belum diselesaikan. Nah, cara menyelesaikannya bagaimana? Maskapai BUMN, maskapai Pemerintah harus bisa menjadi pionir untuk terbang internasional dari poin-poin tersebut. Jangan menyerahkannya ke mekanisme pasar lagi," lanjutnya.
Daniel menekankan pentingnya peran maskapai nasional untuk mengambil posisi strategis dalam membuka rute-rute baru ke luar negeri, terutama dari destinasi wisata potensial seperti Belitung. Ia menilai bahwa jika pemerintah serius menginisiasi hal ini, dampak ekonomi yang dihasilkan akan langsung terasa tanpa perlu menunggu investasi besar.
"Bayangkan berapa besar uang Singapura dolar ataupun euro karena wisatawan asing dari Eropanya transit ke Singapura, dari Singapura mereka ke Belitung karena dari Singapura ke Belitungnya sudah ada international entry point. Tanpa kita harus melakukan studi amdal dulu, tanpa kita harus membangun pabrik dulu gitu. Jadi investasi asing yang masuk, devisa yang masuk itu bisa sedemikian instannya terdistribusi di sebuah daerah hanya karena kita membuka konektivitas internasional," jelas Daniel.
Ia menambahkan bahwa membuka konektivitas internasional bukan hanya soal pariwisata, tetapi juga strategi nasional untuk mempercepat pemerataan ekonomi di berbagai daerah. Dengan arus wisatawan asing dan transaksi lintas negara yang lebih besar, devisa akan langsung terserap ke sektor riil tanpa melalui proses panjang seperti industri manufaktur atau ekspor barang.
"Itu kan devisa, jadi kita nggak terjebak lagi dalam stigma bahwa untuk mendatangkan devisa harus mendorong angka ekspor. Goal ekspor itu kan mendatangkan devisa, mendatangkan foreign currency. Ekspor produk ke luar itu kan karena kita ingin fresh money-nya kan, foreign currency-nya masuk ke Indonesia, dengan pariwisata uang Dolar Singapra atau Euro tadi akan netes juga ke masyarakat bawah," tegas Daniel.
(fys/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Utusan Khusus Presiden Ungkap Jurus Raih Pertumbuhan Ekonomi 8%

2 hours ago
1
















































