Jakarta, CNBC Indonesia - Industri baja dan aluminium Tanah Air ikut kena dampak dari tarif impor baja dan alumunium ke Amerika Serikat (AS) yang naik jadi 50%. Beberapa emiten pun kena imbas-nya terutama yang punya eksposur ekspor ke negeri Paman Sam.
Dalam pidato populis Presiden AS Donald Trum di hadapan buruh pabrik baja AS, Trump mengumumkan bahwa tarif impor baja dan aluminum akan digandakan.
Tak tanggung-tanggung, tarif akan menjadi 50%. Kebijakan ini berlaku mulai besok 4 Juni 2025.
"Kita naikkan tarif baja dari 25% menjadi 50%," seru Trump lantang di fasilitas US Steel, Pennsylvania, negara bagian yang menjadi kunci kemenangannya di Pilpres 2024, dikutip AFP, Senin (2/6/2025).
"Tak ada yang bisa menghindar dari ini!," tegasnya.
Tak lama setelah pidato tersebut, Trump pun mempertegas lewat unggahan di Truth Social. Ia mengatakan kebijakan serupa juga akan berlaku untuk aluminium.
Trump membela kebijakan tarif tersebut dengan menyatakan bahwa industri AS hanya bisa bertahan jika dilindungi.
"Pabrik ini tidak akan berdiri di sini hari ini kalau saya tidak memberlakukan tarif impor logam sejak masa jabatan saya yang pertama," tegasnya.
Dalam pidatonya, Trump juga menyinggung soal rencana kemitraan antara US Steel dan perusahaan asal Jepang, Nippon Steel. Namun, ia menegaskan bahwa kendali atas US Steel akan tetap berada di tangan Amerika.
"US Steel akan tetap dikendalikan oleh Amerika Serikat," katanya.
Kami mencatat ada tiga emiten yang akan kena dampaknya, diantaranya PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP), PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), dan PT AM/NS Indonesia.
PT AM/NS Indonesia
PT AM/NS Indonesia, salah satu produsen besi baja terbesar di Indonesia yang melakukan ekspor ke pasar Amerika Serikat (AS).
Sampai April lalu, perusahaan ini telah melepas ekspor sebanyak 10.000 ton produk baja lapis Seng (Galvanize) ke pasar AS. Nilai ekspor dari pengiriman ini mencapai sekitar US$ 10 juta.
President Director PT AM/NS Indonesia Murali Krishna Chunduru, mengatakan ekspor ini merupakan bagian dari upaya perusahaan memperkuat bisnisnya di pasar internasional.
Saat ini, Amerika Serikat dan Kanada menjadi pasar ekspor utama bagi produk galvanize PT AM/NS Indonesia.
Perusahaan menargetkan ekspor ke AS sebesar 5.000-6.000 ton per bulan dan ekspor ke Kanada sekitar 3.000-4.000 ton per kuartal, tergantung pada dinamika pasar.
KRAS
Berikutnya ada KRAS yang diketahui juga melakukan ekspor baja ke AS. Menurut pemberitaan sebelumnya pada Februari 2025, KRAS melalui anak usahanya PT Krakatau Baja Industri (KBI) telah mengekspor 5000 ton baja Cold Rolled Coil (CRC) ke AS.
Produk baja Cold Rolled Coil dan Plate KBI saat ini telah digunakan sebagai bahan baku industri otomotif, galvalum, galvanis, dan produk hilir baja ringan.
Tahun ini KRAS menargetkan ekspor baja mencapai 108.400 ton untuk produk Hot Rolled Coil (HRC) dan Plate, terutama setelah pabrik HSM 1 akan mulai beroperasi lagi tahun ini.
GGRP
Terakhir ada GGRP yang juga memiliki bisnis ekspor produk baja ke negeri Paman Sam. Dari segi volume, perusahaan ini cenderung lebih kecil dibandingkan dengan dua emiten lainnya.
GGRM tercatat penah mengekspor baja ke Arizona, AS pada Maret 2022 lalu sebanyak 700 metrik ton. Secara historis, penjualan ekspor perusahaan ini terbilang masih kecil hanya sekitar 5% - 6% dari total pendapatan.
Sebagai catatan, saham GGRP saat ini masih digembok dan masuk dalam daftar efek yang dipantau secara khusus oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 31 Januari 2024. GGRP masuk ke Papan Pemantauan Khusus karena tidak memenuhi ketentuan minimum free float.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.(tsn/tsn)