Tarif Trump Jadi Senjata Makan Tuan, Raksasa Ini Jadi Korban Terbaru

4 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan tarif impor yang dicanangkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terus mendatangkan korban baru di Negeri Paman Sam. Terbaru, raksasa otomotif AS, Ford, menyatakan keluhannya soal bea masuk ini.

Dalam pernyataan, Senin (5/5/2025), Ford menangguhkan panduan tahunannya karena ketidakpastian seputar tarif Presiden AS Donald Trump. Produsen otomotif itu juga mengatakan pungutan tersebut akan membebani perusahaan sekitar US$ 1,5 miliar (Rp 24 triliun) dalam laba yang disesuaikan sebelum bunga dan pajak.

Laporan ini disampaikan Ford setelah penutupan sesi perdagangan saham AS. Tercatat, sahamnya turun sekitar 2,3% dalam perdagangan setelah jam kerja pada hari Senin.

"Tarif tersebut diperkirakan juga akan menambah biaya sebesar US$ 2,5 miliar (Rp 41 triliun) secara keseluruhan untuk tahun ini, terutama terkait dengan biaya impor kendaraan dari Meksiko dan China," kata eksekutif Ford dikutip Reuters.

Produsen mobil itu juga disebut telah menangguhkan ekspor otomotif ke China, tetapi masih mengimpor kendaraan seperti Lincoln Nautilus dari negara tersebut. Eksekutif perusahaan mengatakan telah berhasil mengurangi sekitar US$ 1 miliar (Rp 16 triliun) dari biaya melalui berbagai tindakan, termasuk mengangkut kendaraan dari Meksiko ke Kanada sehingga kendaraan tersebut tidak dikenakan tarif AS.

Pada bulan Februari, produsen mobil Dearborn, Michigan tersebut memproyeksikan laba sebelum bunga dan pajak sebesar US$ 7 miliar (Rp 115 triliun) hingga US$ 8,5 miliar (Rp 139 triliun) untuk tahun 2025. Perkiraan tersebut tidak memperhitungkan tarif.

Kepala Keuangan Ford Sherry House, mengatakan bahwa perusahaan berada di jalur yang tepat untuk memenuhi panduan tersebut, tanpa memperhitungkan dampak tarif.

Sementara para pesaing seperti General Motors memberikan panduan terbaru, para eksekutif Ford mengatakan bahwa mereka menangguhkan prospek perusahaan tersebut hingga mereka memiliki kejelasan lebih lanjut tentang dampak tarif pembalasan, serta bagaimana konsumen dapat bereaksi terhadap kenaikan harga.

"Merupakan langkah yang berani bagi mereka untuk menarik panduan ketika GM memberikan panduan yang direvisi termasuk tarif, meskipun sejujurnya banyak hal yang sangat tidak pasti," kata analis Morningstar Research, David Whiston.


(tps/tps)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Trump Komunikasi Dengan China, Perang Dagang Segera Berakhir?

Next Article Trump Jadi Presiden AS, Xi Jinping Ancang-ancang Lakukan Ini

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |