Jakarta, CNBC Indonesia - Harga cabai kembali menjadi sorotan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis M1 atau minggu pertama November 2025, harga rata-rata cabai merah keriting nasional tercatat sebesar Rp52.212 per kilogram (kg), atau masih berada di dalam rentang Harga Acuan Penjualan (HAP) Rp37.000-Rp55.000 per kg.
Namun demikian, BPS mencatat masih adanya dinamika harga di sejumlah wilayah, terutama karena pengaruh cuaca dan distribusi.
BPS mencatat, secara nasional harga cabai merah hingga M1 November 2025 turun 5,43% dibandingkan bulan sebelumnya. Meski begitu, masih terdapat daerah dengan lonjakan harga signifikan, seperti Kabupaten Tambrauw dan Halmahera Selatan yang mencatat harga hingga Rp96.000 per kg, serta Kota Merauke yang menembus Rp94.667 per kg.
Sementara untuk cabai rawit, harga nasional rata-rata berada di Rp45.280 per kg, turun 10,84% dibanding Oktober 2025. Namun di beberapa wilayah Papua, seperti Kabupaten Paniai, harga mencapai Rp112.000 per kg, dan Kabupaten Nduga bahkan menembus Rp200.000 per kg, menjadikannya wilayah dengan harga cabai tertinggi di Indonesia.
Foto: Tangkapan layar paparan BPS dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah. (Dok. BPS)
Tangkapan layar paparan BPS dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah. (Dok. BPS)
Amran Siapkan Solusi Permanen
Menanggapi kondisi ini, Menteri Pertanian (Mentan) sekaligus Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Amran Sulaiman menyebut fluktuasi harga cabai merupakan hal yang berulang setiap tahun, dan pemerintah kini tengah menyiapkan solusi permanen untuk menstabilkannya.
"Kita akan pantau, tetapi harga cabai sekarang berapa? Rp50.000, tapi kan pernah Rp10.000 (per kg)," ujar Amran saat ditemui di kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Selasa (11/11/2025).
Amran menegaskan, solusi jangka panjang untuk menjaga stabilitas harga cabai terletak pada penguatan sistem penyimpanan pascapanen. Ia menyebut keberadaan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih yang akan memiliki fasilitas cold storage menjadi kunci agar hasil panen tidak terbuang sia-sia dan harga tidak mudah melonjak saat musim paceklik.
"Ini solusi ke depan adalah kalau koperasi Merah Putih sudah jalan. Itu kan punya cold storage, jadi kalau panen puncak masuk di penyimpanan. Kemudian kalau off season kita salurkan," katanya.
Menurut Amran, penyebab utama lonjakan harga saat ini adalah faktor cuaca yang berdampak pada jalur distribusi dan pasokan dari daerah sentra produksi.
"Ini mungkin karena sekarang kondisi distribusinya, karena hujan kan," ucap dia.
BPS sendiri mencatat beberapa faktor penyebab kenaikan Indeks Perubahan Harga (IPH) cabai merah dan cabai rawit di sejumlah daerah, di antaranya minimnya pasokan dari daerah penghasil karena stok menipis; turunnya produksi di tingkat petani akibat curah hujan tinggi; kenaikan harga di tingkat distributor akibat rantai pasok terganggu; permintaan yang meningkat di tingkat konsumen; dan adanya gagal panen di wilayah sentra seperti Kabupaten Mukomuko.
Foto: Tangkapan layar paparan BPS dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah. (Dok. BPS)
Tangkapan layar paparan BPS dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah. (Dok. BPS)
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Bawang-Bawang Naik, Harga Cabai Apa Kabar Hari Ini?

2 hours ago
2
















































