AS Gempur Kapal di Pasifik, Buka Peluang Perang Baru

6 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Militer Amerika Serikat (AS) kembali melancarkan serangan terhadap kapal yang diklaim membawa narkoba di perairan Pasifik timur. Serangan terbaru pada Rabu (29/10/2025) menewaskan empat orang, menurut pernyataan Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth.

"Serangan itu dilakukan di perairan internasional. Kapal tersebut, seperti kapal-kapal lainnya, diketahui oleh intelijen kami terlibat dalam penyelundupan narkotika ilegal," kata Hegseth dalam unggahan di platform X, disertai video kapal yang meledak dan terbakar, seperti dikutip AFP.

Dengan serangan ini, total korban tewas dalam kampanye anti narkotika kontroversial Washington sejak awal September mencapai sedikitnya 62 orang.

Namun, sejumlah pakar menilai operasi tersebut merupakan bentuk pembunuhan di luar hukum. Mereka menyoroti bahwa Washington belum mempublikasikan bukti konkret bahwa kapal-kapal yang diserang benar-benar membawa narkotika atau menimbulkan ancaman bagi AS.

Insiden terbaru ini terjadi hanya dua hari setelah empat kapal diserang di kawasan yang sama, menewaskan 14 orang dan menyisakan satu korban selamat. AS telah meminta bantuan Meksiko untuk mencari korban selamat, namun Presiden Claudia Sheinbaum mengakui upaya pencarian gagal.

Sementara itu, Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan negaranya mencegat tiga pesawat yang diduga digunakan untuk perdagangan narkoba.

"Dua hari lalu, sebuah pesawat penyelundup narkoba masuk melalui Karibia. Hari ini, dua pesawat lain datang dari utara, dan sesuai hukum kami... bum, bum, bum!" ujarnya dalam acara resmi.

Maduro menegaskan tindakan itu merupakan upaya mempertahankan kedaulatan Venezuela. Ia menuding pengerahan besar-besaran militer AS di dekat wilayahnya, termasuk tujuh kapal perang, jet siluman F-35, dan gugus tugas kapal induk USS Gerald R. Ford, sebagai langkah provokatif yang bisa menjadi kedok untuk operasi militer terhadap Caracas.

Washington berdalih operasi tersebut bertujuan memerangi perdagangan narkoba. Namun, hubungan kedua negara kembali memanas setelah pemerintahan Presiden AS Donald Trump menuduh Maduro sebagai gembong narkoba dan menawarkan hadiah US$50 juta untuk informasi yang mengarah pada penangkapannya.

Maduro membantah keras tuduhan itu dan menegaskan tidak ada budidaya narkoba di Venezuela. "Negara kami digunakan sebagai jalur transit kokain Kolombia, dan itu terjadi bertentangan dengan keinginan kami," tegasnya.


(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Presiden Negara Ini Jadi Buronan AS, Hadiahnya Naik Jadi Rp825 Miliar

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |