AS Hengkang, PTBA Jajaki Proyek Pengganti LPG dengan China

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatat adanya perusahaan asal China yang berminat untuk mengembangkan hilirisasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME). Kelanjutan hilirisasi menjadi DME ini merupakan kelanjutan atas mundurnya perusahaan Amerika Serikat (AS) yakni Air Products yang hengkang dari proyek tersebut.

Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengatakan, hanya perusahaan asal China yang menunjukkan minat untuk menggarap proyek tersebut di Indonesia. Perusahaan tersebut yakni East China Engineering Science and Technology Co. Ltd. (ECEC).

Arsal mengatakan, sejak perusahaan petrokimia asal AS yakni Air Products pada awal tahun 2023 lalu hengkang dari rencana investasi proyek DME di Indonesia, pihaknya terus mencari investor lainnya termasuk dari Negeri Tirai Bambu.

"Kami sudah berkoordinasi dengan CNCEC, CCESCC, ECEC, dan beberapa perusahaan lain. Ini kalau di China, ini banyak CCCC ini, singkatnya, gitu kan, yang China Corporation, gitu, kan. Nah, dari seluruh calon mitra tersebut, baru ECEC, gitu, ya, yang menyatakan minat menjadi mitra investor," bebernya dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi XII DPR RI, Jakarta, dikutip Selasa (6/5/2025).

Adapun ECEC sudah mengajukan proposal awal pada 18 November 2024 lalu. Salah satu yang tertulis dalam proposal tersebut adalah biaya pemrosesan atau processing service fee (PSF) yang diajukan oleh ECEC sebesar US$ 412-488 per ton.

"Di sisi lain, PTBA tetap melanjutkan persiapan proyek secara paralel. Jadi, saat ini, kami telah berhasil melakukan pembebasan lahan seluas 198 hektare atau sekitar 97% dari total kebutuhan lahan yang pada saat itu sebesar 203 hektare," imbuhnya.

Adapun dalam paparannya, Arsal mengungkapkan bahwa terdapat tantangan keekonomian untuk bisa menggarap proyek DME dalam negeri. Dia memperhitungkan, harga DME yang dihasilkan di dalam negeri mencapai US$ 911- 987 per ton yang mana lebih tinggi dari asumsi pemerintah sebesar US$ 617 per ton.

"Terdapat gap hingga kurang lebih US$ 300 per ton yang berpotensi memperbesar nilai subsidi pemerintah," tambahnya.

"Jadi, kami, PTBA, tentunya terbuka terhadap evaluasi dan arahan lanjutan agar proyek ini dapat dikembangkan secara terukur, akuntabel, dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi bangsa dan negara. Itulah rencana hilirisasi yang akan dan sedang dilakukan oleh PT Bukit Asam," tandasnya.


(pgr/pgr)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Prabowo Naikkan Impor Minyak & Gas Dari AS, Yakin RI Untung?

Next Article RI Targetkan Proyek Pengganti LPG Bisa Tembus 5,5 Juta Pengguna

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |