Hari Ini Asia Terbelah: Yen hingga Ringgit Bersinar, Rupiah Tenggelam

6 hours ago 5

Elvan Widyatama,  CNBC Indonesia

16 December 2025 09:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Asia bergerak beragam pada perdagangan pagi ini, Selasa (16/12/2025) terhadap dolar Amerik Serikat (AS).

Berdasarkan data Refinitiv, indeks dolar AS (DXY) per pukul 09.15 WIB tercatat melemah 0,04% ke level 98,269, memberikan ruang bagi sebagian mata uang Asia untuk menguat, meski tekanan masih membayangi mayoritas mata uang Asia.

Yen Jepang memimpin penguatan di kawasan Asia pagi ini. Yen tercatat menguat 0,23% ke level JPY 154,86/US$, seiring berlanjutnya pelemahan dolar AS dan meningkatnya proyeksi bank sentral Jepang (BOJ) dalam menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin.

Penguatan juga terjadi pada yuan China, yang naik 0,08% ke posisi CNY 7,0417/US$. Sementara itu, mata uang negara tetangga ringgit Malaysia turut menguat 0,10% ke level MYR 4,086/US$.

Di sisi lain, mayoritas mata uang Asia masih berada di zona pelemahan. Dolar Taiwan menjadi mata uang dengan tekanan terdalam sebesar 0,30% ke level TWD 31,424/US$.

Dong Vietnam dan baht Thailand sama-sama terkoreksi 0,16%, masing-masing bergerak ke VND 26.332/US$ dan THB 31,50/US$.

Tekanan juga dialami oleh won Korea Selatan yang melemah 0,11% ke posisi KRW 1.470,34/US$, serta rupiah Garuda yang terkoreksi 0,10% ke level Rp16.676/US$.

Pergerakan mata uang Asia hari ini tidak terlepas dari dinamika dolar AS di pasar global.

Dolar AS terpantau melemah mendekati level terendah dalam hampir dua bulan pada awal sesi perdagangan Asia, seiring sikap pelaku pasar yang cenderung menahan posisi sambil menantikan rilis serangkaian data ekonomi penting Amerika Serikat.

Fokus utama pasar tertuju pada laporan pasar tenaga kerja AS, termasuk rilis data ketenagakerjaan November yang tertunda. Biro Statistik Tenaga Kerja AS (Bureau of Labor Statistics/BLS) dijadwalkan merilis laporan gabungan ketenagakerjaan Oktober dan November, menyusul tertundanya pengumpulan data akibat penutupan pemerintahan AS terpanjang dalam sejarah.

Selain itu, sejumlah indikator awal sektor manufaktur AS juga dijadwalkan rilis dalam waktu dekat.

Kepala riset valuta asing global HSBC, Paul Mackel, menyebut data tersebut akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi pasar tenaga kerja AS selama periode penutupan pemerintahan.

Dia menambahkan, pesan kebijakan The Fed pada pekan lalu menunjukkan bahwa tekanan terhadap dolar AS secara luas belum sepenuhnya mereda.

Pelaku pasar kini memproyeksikan peluang sebesar 75,6% bahwa The Fed akan menahan suku bunga acuannya pada pertemuan berikutnya pada 28 Januari, berdasarkan CME FedWatch Tool.

Probabilitas tersebut relatif stabil dibandingkan hari sebelumnya, mencerminkan sikap wait and see pasar terhadap arah kebijakan The Fed.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |