Hitung-hitungan Harga BBM per Besok 1 November 2025, Bakal Turun?

7 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi diperkirakan turun per 1 November 2025 jika melihat tren melemahnya  harga minyak dunia.

Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan di sepanjang Oktober 2025, sementara nilai tukar rupiah mengalami penguatan.

Kedua indikator ini sangat penting dalam menentukan harga BBM non-subsidi di Indonesia.

Merujuk data Refinitiv, rata-rata harga minyak brent berada di level US$63,94 per barel pada Oktober, anjlok 5,38% dibandingkan rata-rata di September 2025 yang sebesar US$67,58 per barel.

Sedangkan, harga minyak WTI mencatatkan rata-rata sebesar US$60,04 per barel di Oktober 2025 atau turun hingga 5,53% dibandingkan rata-rata September sebesar US$63,56 per barel.

Harga minyak dunia sepanjang Oktober 2025 bergerak cukup volatile di tengah kombinasi beberapa faktor.

Dari sisi suplai, keputusan OPEC+ untuk menambah produksi hanya secara terbatas menjadi perhatian utama pasar. Sementara dari sisi geopolitik, ancaman sanksi baru Amerika Serikat terhadap raksasa energi Rusia menambah ketegangan di pasar minyak global.

OPEC+ memutuskan untuk meningkatkan produksi kolektif sebesar 137.000 barel per hari (bph) mulai November 2025.

Tambahan ini jauh di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan di atas 250.000 bph. Keputusan tersebut dinilai sebagai bentuk kehati-hatian dalam menjaga keseimbangan harga di tengah bayang-bayang perlambatan ekonomi global dan potensi surplus pasokan.

Di sisi lain, pasar sempat mendapat angin positif setelah Israel dan Palestina menyepakati gencatan senjata. Langkah ini menurunkan risiko geopolitik di Timur Tengah, kawasan yang selama ini menjadi pusat produksi dan jalur vital minyak dunia.

Namun, perhatian pasar dengan cepat beralih kembali ke ketegangan antara AS dan Rusia.

Pemerintahan Trump mengumumkan sanksi baru yang menargetkan langsung industri migas Rusia, termasuk Rosneft dan Lukoil, dua perusahaan yang menguasai hampir setengah dari total ekspor minyak Rusia atau sekitar 2,2 juta barel per hari.

Langkah ini menjadi pukulan berat bagi ekonomi Moskow, mengingat pendapatan migas menyumbang seperempat dari anggaran federal Rusia.

Trump juga menegaskan niatnya untuk menekan India dan China, dua pembeli utama minyak Rusia pascaperang Ukraina

Tak hanya AS, Uni Eropa pun bersiap mengadopsi paket sanksi baru terhadap Rusia yang menargetkan 45 entitas, termasuk 12 perusahaan asal China dan Hong Kong yang diduga membantu Moskow menghindari pembatasan ekspor energi. Ketegangan geopolitik yang meningkat ini memicu volatilitas tajam di pasar energi global.

Sementara itu, posisi kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Oktober ini stabil dengan kenderungan menguat.

Sepanjang bulan ini, rupiah mengalami penguatan atau terapresiasi 0,21% dari dolar AS. Adapun rupiah bergerak di rentang area Rp16.500/US$ - Rp16.700/US$. Dengan rata-rata kurs berada di level Rp16.576/US$.

Rupiah cukup bertahan seiring dengan keputusan Bank Indonesia (BI) yang menahan suku bunga pada Rapat Dewan Gubernur (RDG BI) 22 Oktober lalu.

Bagaimana Harga BBM November?

Sebagai informasi, pemerintah menentukan harga BBM berdasarkan formulasi tertentu. Dua variabel akan dipakai yakni rata-rata harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah mengingat besarnya impor.

Keputusan Menteri ESDM Nomor 19 K/10/MEM/2019 tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak menjelaskan formula harga menggunakan rata-rata harga publikasi Mean of Platts Singapore (MOPS) dengan satuan USD/barel periode tanggal 25 pada 2 bulan sebelumnya sampai dengan tanggal 24, 1 bulan sebelumnya untuk penetapan bulan berjalan.

Merujuk Refinitiv, rata-rata harga minyak Brent pada dua bulan terakhir (September-Oktober 2025) adalah sebesar US$65,72 per barel. Harga tersebut lebih rendah dibandingkan pada dua bulan sebelumnya (Agustus-September 2025) sebesar US$67,42 per barel.

Sementara itu, rata-rata harga minyak WTI pada dua bulan terakhir terakhir (September-Oktober 2025) adalah sebesar US$61,76 per barel. Harga tersebut juga lebih rendah dibandingkan pada dua bulan sebelumnya (Agustus-September 2025) sebesar US$63,78 per barel.

Dengan kondisi nilai tukar rupiah yang cenderung menguat dapat berdampak pada menurunnya biaya impor.

Oleh karena itu, penguatan rupiah dan harga minyak yang turun maka harga BBM berpotensi turun per 1 November 2025.

Sebagai catatan, pemerintah menurunkan harga BBM non-subsidi pada April-Juni 2025. Pada Juli 2025, pemerintah menaikkan harga BBM dan kemudian menurunkan sebagian harga BBM non-subsidi pada Agustus-September 2025.

Pada 1 Oktober 2025, Pertamina terpantau melakukan penyesuaian harga pada beberapa produk BBM non-subsidi nya.

Di antara yang naik adalah Dexlite dan Pertamina Dex, sementara jenis BBM lainnya masih bertahan di level harga bulan sebelumnya.

Harga Pertamax (RON 92) masih dipatok di Rp12.200 per liter, sama seperti pada September 2025.

Begitu pula dengan Pertamax Turbo, yang tetap di level Rp13.100 per liter.

Sebaliknya, Pertamina Dex mengalami kenaikan menjadi Rp14.000 per liter, dari sebelumnya Rp13.850 per liter pada September.

Adapun Dexlite naik Rp100 per liter menjadi Rp13.700 per liter dari posisi Rp13.600 per liter pada bulan lalu.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |