Jakarta, CNBC Indonesia - Selama ini, vitalitas sering dicari lewat jalan instan, dari suplemen berbahan baku yang patut dipertanyakan, minuman energi, hingga terapi berbiaya tinggi.
Namun alam sejak lama menyimpan resepnya sendiri. Di pegunungan Andes, di hutan Kalimantan, hingga di dasar karang Nusantara, tumbuh dan hidup bahan-bahan yang diakui dunia mampu meningkatkan stamina, gairah, hingga keseimbangan hormon. Ironisnya, ketika dunia berebut "obat kuat" alami ini, Indonesia justru sibuk jadi penonton, padahal banyak dari bahan itu lahir di tanah sendiri.
Akar Maca (Lepidium meyenii)
Meski dikenal sebagai tanaman asal Peru, akar maca kini mulai tumbuh di sejumlah wilayah dataran tinggi Indonesia seperti Dieng (Jawa Tengah) dan Batur (Bali). Varietas maca tropis dapat beradaptasi di ketinggian 1.800-2.500 mdpl, meski kadar macamide dan macaene-dua senyawa yang berperan dalam peningkatan libido dan energi-sedikit lebih rendah dibanding varietas Andes.
Maca merupakan tanaman dari keluarga Brassicaceae, satu rumpun dengan lobak dan sawi. Akar yang dikeringkan biasanya diolah menjadi bubuk, kapsul, atau minuman tonik. Menurut Food Research International (2020), maca mengandung asam amino esensial, zat besi, kalsium, serta antioksidan yang dapat meningkatkan daya tahan dan keseimbangan hormon.
Selain dikenal sebagai afrodisiak alami, maca juga digunakan untuk menjaga mood, meningkatkan kesuburan, dan membantu pemulihan pascakelelahan. Beberapa petani di Indonesia bahkan mulai mengembangkan maca sebagai komoditas ekspor bernilai tinggi. Data dari FAO Trade Statistics (2024) mencatat, ekspor maca global didominasi Peru, namun volume dari Asia Tenggara meningkat hingga 8% dalam lima tahun terakhir, terutama ke pasar China dan Korea Selatan.
Menariknya, penelitian Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 2023 menemukan potensi maca tropis Indonesia sebagai bahan baku energi herbal. Kandungan glukosinolatnya tinggi, memberi efek peningkatan stamina tanpa memicu lonjakan tekanan darah. Dengan inovasi budi daya yang terus dikembangkan, maca berpeluang menjadi "super root" baru asal Nusantara.
Pasak Bumi (Eurycoma longifolia)
Dikenal juga dengan nama Tongkat Ali, pasak bumi adalah ikon vitalitas Asia Tenggara. Tanaman ini tumbuh liar di hutan tropis Indonesia, Malaysia, dan sebagian Kalimantan. Akar pasak bumi mengandung eurycomanone, senyawa bioaktif yang terbukti dapat meningkatkan kadar testosteron dan mengurangi stres oksidatif.
Ekstrak pasak bumi terbukti meningkatkan kadar testosteron bebas serta menurunkan hormon stres kortisol hingga 16%. Komponen aktif seperti eurycomanone dan quassinoid bekerja langsung pada sistem endokrin pria.
Penelitian dari Asian Journal of Andrology (2018) menyebutkan bahwa ekstrak pasak bumi mampu meningkatkan performa fisik dan gairah pria setelah dikonsumsi rutin selama 12 minggu. Tak hanya itu, ekstrak ini juga berfungsi sebagai imunomodulator dan anti-malaria alami.
Proses pengolahannya cukup sederhana akar pasak bumi biasanya dikeringkan, direbus, atau diekstraksi menjadi kapsul herbal. Panennya membutuhkan waktu hingga lima tahun, karena semakin tua akar, semakin tinggi kadar quassinoid-nya.
Indonesia menjadi salah satu eksportir utama pasak bumi ke Malaysia dan Singapura. permintaan global terus meningkat 12% per tahun, didorong tren back to natural remedy di pasar Asia dan Eropa.
Selain untuk suplemen, ekstraknya mulai dikembangkan untuk farmasi dan kosmetik, terutama produk anti-aging. Potensi nilai tambah inilah yang membuat pasak bumi disebut sebagai "emas cokelat" dari hutan Kalimantan.
Purwaceng (Pimpinella pruatjan)
Indonesia punya purwaceng. Tanaman endemik Dieng ini tumbuh di tanah vulkanik dengan suhu dingin. Dalam Indonesian Journal of Pharmacy (2018), purwaceng disebut mengandung saponin dan kumarin yang dapat melancarkan sirkulasi darah dan meningkatkan gairah seksual. Sejak masa kolonial Belanda, akar purwaceng sudah dikenal sebagai "kopi pemantik semangat".
Namun populasinya kini kian langka akibat eksploitasi tanpa reboisasi. Masa panennya mencapai delapan bulan, dan banyak petani menggantinya dengan jenis Pimpinella anisum yang mirip tapi lebih mudah tumbuh sayangnya kadar senyawanya lebih rendah.
Kini Jepang dan Korea Selatan mulai mengimpor purwaceng untuk bahan suplemen alami. Ironis, ketika negara lain mematenkan ekstraknya, di tanah asalnya purwaceng justru kian hilang dari pasar. Selain vitalitas, purwaceng juga dipelajari sebagai antistres alami dan penghangat tubuh bagi penderita hipotermia ringan.
Foto: Tanaman purwaceng. (Dok. purwacengalbain)
Tanaman purwaceng. (Dok. purwacengalbain)
Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia)
Bawang dayak, atau bawang sabrang, mungkin terlihat biasa-tetapi di tangan suku Dayak, ia adalah apotek alami. Studi Journal of Applied Pharmaceutical Science (2019) menunjukkan ekstrak bawang dayak memiliki aktivitas antioksidan tinggi serta efek afrodisiak ringan. Senyawa flavonoid dan fenoliknya berperan memperlancar sirkulasi darah, memperkuat fungsi reproduksi, sekaligus menangkal radikal bebas.
Bawang ini tumbuh di lahan lembab Kalimantan dan bisa dipanen hanya dalam 4-5 bulan. Umbinya dikeringkan, diseduh, atau dijadikan serbuk. Selain untuk vitalitas, masyarakat setempat menggunakannya untuk menurunkan gula darah, menstabilkan tekanan darah, hingga mengatasi infeksi kulit.
Sayangnya, pengembangan pasarnya masih minim. Padahal Malaysia dan Singapura mulai meliriknya sebagai bahan baku suplemen tropis. Jika ada standarisasi kadar bahan aktif, bawang dayak bisa menjadi komoditas ekspor baru dari tanah Borneo.
Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus)
Beralih ke laut, vitalitas juga datang dari karang. Ikan napoleon-dengan bibir tebal dan tubuh berwarna hijau kebiruan menjadi simbol eksotisme kuliner Asia. Laporan TRAFFIC (2016) mencatat Hong Kong mengimpor hingga 60% pasokan global ikan napoleon hidup, sebagian besar dari Indonesia timur.
Bibir ikan ini dianggap bagian paling lezat dan "berkhasiat", meski tak ada bukti ilmiah yang menguatkan klaim vitalitasnya. Namun di pasar China, citra kejantanan dan status sosial melekat pada ikan ini seekornya bisa dijual lebih dari US$1.000. Ikan napoleon tumbuh lambat, baru matang seksual pada usia 5-7 tahun, sehingga overfishing membuat populasinya anjlok dan kini masuk daftar Endangered IUCN serta CITES Appendix II.
Menariknya, beberapa laporan budaya mencatat konsumsi bibir napoleon dihubungkan dengan "energi dan prestise pria", menjadikannya semacam simbol vitalitas kelas atas. Di sisi lain, konservasi dan larangan ekspor justru membuat potensi ekonomi ini beku di tangan negara-negara yang lebih dulu membangun sistem budidayanya.
Selain dipercaya sebagai simbol prestise dan vitalitas, ikan ini juga berperan penting dalam menjaga ekosistem laut-memakan bintang laut berduri yang sering merusak terumbu karang. Program budidaya semi-alami kini tengah dikembangkan oleh BRIN dan KKP untuk menjaga populasinya tanpa menghilangkan potensi ekonominya.
Indonesia sejatinya menyimpan potensi besar sebagai pemasok bahan vitalitas alami dunia.
Dunia melihatnya sebagai sumber vitalitas, sementara Indonesia sering hanya memandangnya sebagai warisan tradisi.
Padahal di tengah tren wellness economy global yang menurut global wellness institute bernilai lebih dari US$5 triliun, bahan-bahan ini bisa menjadi aset strategis jika dikembangkan dengan riset, standardisasi, dan branding ilmiah.
Vitalitas sejatinya bukan hanya soal energi pria, tapi juga ketahanan ekonomi nasional. Selama Indonesia hanya menjual bahan mentah, gairah ekonominya akan tetap "lemas" di dalam negeri. Tapi jika negeri ini berani membangun industri berbasis riset herbal dan bioteknologi lautnya sendiri, mungkin suatu hari dunia akan mengaitkan kata "keras" dengan purwaceng dan pasak bumi dari nusantara.
CNBC Indonesia Research
(emb/wur)

6 hours ago
3
















































