Krisis Baru Melanda AS, Pemerintah Trump Dalam Bahaya

4 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Awal bulan ini, muncul laporan yang menyebut layanan komunikasi Mike Waltz, mantan penasihat keamanan nasional Donald Trump, dibobol oleh hacker. Kini terkuak bahwa skala peretasannya lebih luas dari yang dilaporkan sebelumnya.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran soal ancaman lebih besar yang mengintai keamanan data pemerintahan Donald Trump.

Reuters mengidentifikasi lebih dari 60 pejabat pemerintah yang menggunakan platform TeleMessage, berdasarkan data cache yang bocor dan dibeberkan oleh lembaga non-profit Distributed Denial of Secrets, untuk kepentingan publik.

Adapun data yang bocor teridentifikasi mencakup materi dari para penanggap bencana, pejabat bea cukai, beberapa staf diplomatik AS, sedikitnya satu staf Gedung Putih, dan anggota Dinas Rahasia.

Pesan-pesan yang ditinjau oleh Reuters mencakup periode waktu yang berlangsung sekitar sehari penuh hingga tanggal 4 Mei, dan banyak di antaranya yang terfragmentasi.

Dulunya kurang dikenal di luar kalangan pemerintah dan keuangan, TeleMessage menarik perhatian media setelah foto Reuters pada tanggal 30 April menunjukkan Waltz sedang memeriksa versi TeleMessage dari aplikasi Signal yang berfokus pada privasi selama rapat kabinet.

Meskipun Reuters tidak dapat memverifikasi seluruh isi kumpulan TeleMessage, namun bukti-bukti yang terkumpul dapat memastikan bahwa nomor telepon dalam data yang bocor benar-benar milik pemiliknya.

Salah satu penerima pesan yang disadap mengonfirmasi kepada Reuters bahwa pesan yang bocor itu asli. Pihak tersebut adalah perusahaan jasa keuangan yang pesannya disadap dengan cara yang sama juga mengonfirmasi keasliannya.

Berdasarkan kajian terbatas, Reuters menemukan tak ada hal yang sangat sensitif dari data yang bocor, baik dari chat Waltz atau pejabat kabinet lainnya.

Kendati demikian, beberapa chat memperlihatkan rencana perjalanan beberapa pejabat pemerintah senior. Misalnya logistik terkait acara di Vatikan, serta diskusi beberapa pejabat pemerintah terkait perjalanan ke Yordan.

Reuters tak bisa memastikan seberapa dalam TeleMessage digunakan oleh masing-masing lembaga.

Layanan tersebut telah ditangguhkan sejak 5 Mei, sebagai bagian dari penyelidikan terkait kasus pembobolan. Pemilik TeleMessage, perusahaan komunikasi digital Smarsh yang berkantor pusat di Portland, Oregon, tidak menanggapi permintaan komentar tentang data yang bocor tersebut.

Gedung Putih mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya mengetahui insiden keamanan siber di Smarsh, tetapi tidak memberikan komentar tentang penggunaan platform tersebut.

Departemen Luar Negeri tidak menanggapi pesan-pesan tersebut. Secret Service mengatakan bahwa produk-produk TeleMessage telah digunakan oleh sebagian kecil karyawan Secret Service dan pihaknya mereka sedang meninjau situasi tersebut.

Lembaga Manajemen Darurat Federal (FEMA) mengatakan dalam sebuah email bahwa mereka tidak memiliki bukti bahwa informasinya telah disusupi. Mereka tidak menanggapi ketika dikirimi salinan pesan-pesan internal FEMA.

Seorang juru bicara Perlindungan Budaya dan Perbatasan (CBP) mengulangi pernyataan sebelumnya yang menyatakan bahwa mereka telah menonaktifkan TeleMessage dan sedang menyelidiki pelanggaran tersebut.

Jake Williams, mantan spesialis siber di Lembaga Keamanan Nasional (NSA), mengatakan meski isi pesan yang bocor tak terlalu sensitif, tetapi kekayaan metadata yang tersimpan di dalam diskusi pejabat pemerintah tetap menimbulkan risiko ancaman intelijen.

"Meski tak ada konten di data yang bocor, itu adalah akses intelijen tingkat tinggi," kata Williams, dikutip dari Reuters, Kamis (22/5/2025).

Sebelum kebocoran di TeleMessage, Waltz lebih dulu membocorkan chat rahasia di grup Signal yang kemudian dilihat oleh jurnalis. Isinya terkait rencana operasi militer di Yaman.

Setelah insiden tersebut, Waltz dipecat dari posisinya sebagai penasihat keamanan nasional Trump, meski ia tak sepenuhnya keluar dari pemerintah. Ia ditunjuk sebagai Duta Besar AS untuk PBB.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Jurus Bikin SDM RI "Melek" AI & Pangkas Kesenjangan Digital

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |