Mata Uang Asia Kebakaran, Rupiah Paling Sengsara

17 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Performa mata uang Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak variatif namun cenderung melemah pada hari ini, Rabu (7/5/2025).

Dilansir dari Refinitiv, per pukul 09:46 WIB, rupiah Indonesia menjadi mata uang yang paling lemah dengan penurunan sebesar 1,58%, kemudian baht Thailand yang terkoreksi 0,52%, dan yen Jepang yang tertekan 0,48%. Sementara rupee India dan rupiah Indonesia terdepresiasi sebesar 0,46%.

Namun berbeda halnya dengan peso Filipina yang menguat sebesar 0,13%.

Sementara indeks dolar AS (DXY) terpantau menguat 0,26% ke angka 99,5.

Kenaikan DXY pada pagi hari ini, mengakhiri penurunan tiga hari berturut-turut menyusul laporan bahwa Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan perwakilan perdagangan Jamieson Greer akan bertemu dengan mitra mereka dari China minggu ini di Swiss untuk membahas masalah ekonomi dan perdagangan.

Hal ini meningkatkan optimisme tentang potensi dimulainya negosiasi perdagangan untuk menurunkan tarif tinggi yang dikenakan oleh kedua negara.

Investor juga bersiap untuk keputusan kebijakan bank sentral AS (The Fed) mendatang, yang secara luas diharapkan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah.

Pedagang akan memantau dengan cermat komentar Ketua Fed, Jerome Powell untuk mendapatkan wawasan mengenai arah suku bunga di tengah meningkatnya tekanan politik untuk melonggarkan kebijakan.

Sebagai informasi, The Fed diperkirakan tidak akan mengubah suku bunga acuan pada hari Kamis dini hari nanti. Para pedagang bertaruh bahwa The Fed akan melanjutkan siklus pelonggarannya pada bulan Juli, tetapi beberapa ekonom memperkirakan inflasi yang tinggi akan mencegah penurunan suku bunga sama sekali tahun ini.

Kekhawatiran bahwa tarif Trump dapat mendorong inflasi lebih tinggi mengaburkan prospek pemangkasan suku bunga.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |