Nama Kota Depok Ternyata Singkatan, Tak Disangka Artinya Ini

6 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Apakah Anda warga Kota Depok atau kerap berkunjung ke Depok? Barangkali belum banyak orang yang mengetahui bahwa nama 'Depok' sebenarnya berasal dari singkatan dalam Bahasa Belanda?

Asal tahu saja, nama 'Depok' diberikan oleh seorang pria asal Belanda yang merupakan pegawai VOC. Lantas, bagaimana awal mula kisahnya?

Sebuah catatan sejarah memperlihatkan bahwa wilayah yang kini bernama Depok pernah menjadi pusat Residensi Ommelanden van Batavia atau Keresidenan Daerah sekitar Jakarta yang mengacu pada Keputusan Gubernur Batavia per tanggal 11 April 1949.

Nama Depok sendiri berasal dari singkatan bahasa Belanda, yakni De Eerste Protestantse Organisatie van Kristenen. Dalam bahasa Indonesia, kalimat tersebut memiliki arti "Organisasi Kristen Protestan Pertama". Hubungan antara Depok dengan sejarah Kristen Protestan tak terlepas dari peran Cornelis Chastelein.

Seperti yang diketahui, Chastelein adalah pegawai VOC selama 20 tahun. Dia memulai karir di kongsi dagang itu sejak usia 20-an. Dari semula hanya pengawas gudang, karirnya perlahan mulai naik hingga dia dipercaya menjadi saudagar utama dan anggota Dewan Kota Batavia.

Selama berkarir, pria kelahiran 1658 itu mendapat gaji bulanan sekitar 200-350 gulden. Angka tersebut cukup besar pada masanya. Dia pun menjadi salah satu orang yang cukup pintar mengelola uang.

Namun, alih-alih dihamburkan begitu saja, gaji tersebut dialihkan untuk membeli tanah di sekeliling Batavia. Dalam Depok Tempo Doeloe (2011) dijelaskan, tanah pertama yang dibelinya pada 1693 itu berada di kawasan Weltevreden yang kini disebut Gambir. Tanah itu kemudian difungsikan untuk menanam tebu.

Dua tahun kemudian, Chastelein memilih untuk pensiun dari VOC dan kemudian membeli lagi tanah di Srengseng yang kini disebut Lenteng Agung. Di lahan baru inilah dia menikmati masa pensiun dan menjalani kehidupan baru sebagai tuan tanah. Di tempat itu dia membangun rumah besar dan banyak membawa orang tak hanya keluarga.

Cornelis Chastelein. (X @neohistoria_id)Foto: Cornelis Chastelein. (X @neohistoria_id)
Cornelis Chastelein. (X @neohistoria_id)

"Ketika pindah ke Seringsing, Chastelein bukan hanya membawa keluarganya melainkan juga budak-budaknya," tulis Tri Wahyuning M. Irsyam dalam Berkembang dalam bayang-bayang Jakarta: Sejarah Depok 1950-1990-an (2017:41).

Tercatat ada 150 orang budak yang dibawa Chastelein. Para budak tersebut umumnya dari luar Jawa yang sebagian di antaranya menganut agama Kristen. Tidak seperti orang lain, Chastelein sangat menghormati budak-budaknya. Sebagai seorang Kristen yang taat, dia memahami persoalan hak asasi manusia, sehingga sangat menyayangi mereka. Atas dasar ini pula, dia membebaskan semua budaknya.

Para bekas budak yang kemudian jadi anak buah lantas diberi tugas Chastelein mengelola rumah besar di Serengseng. Selain itu, mereka juga ditugaskan mengurus perkebunan yang baru saja dibelinya di kawasan Mampang dan Depok. Seluruh lahan itu menghasilkan tanaman penghasil cuan, seperti tebu, lada, pala dan kopi.

Segala hal itu akhirnya membuat Chastelein makin kaya raya. Dia menjadi salah satu orang terkaya di Batavia (kini Jakarta) sebelum akhirnya tutup usia pada 28 Juni 1714.

Setelah wafat, orang-orang tidak ribut kemana perginya harta dan tanah miliknya. Sebab, tiga bulan sebelum wafat, tepat pada 13 Maret 1714, dia sudah menuliskan surat wasiat. Surat tersebut berisi keinginan Chastelein agar seluruh hartanya tak hanya dibagikan kepada keluarga, melainkan juga dibagikan gratis kepada para bekas budak-budaknya yang dimerdekakan. Tujuannya supaya mereka bisa mandiri dan hidup sejahtera.

Chastelein juga ingin tanah tersebut berfungsi sebagai tempat penyebaran agama Kristen di Batavia. Amanah ini kemudian membuat para bekas budak Chastelein mendirikan komunitas bernama De Eerste Protestantse Organisatie van Kristenen atau Organisasi Kristen Protestan Pertama.

Seiring berjalannya waktu, tanah tempat komunitas itu berada berubah nama menjadi Depok, singkatan dari nama komunitas tersebut. Para anggota komunitas atau keturunannya kelak disebut sebagai 'Belanda Depok'.

Depok pun tetap menjadi nama wilayah di era modern sampai sekarang. Walau demikian, berbagai kepanjangan baru bermunculan terkait asal-usul Depok. Salah satunya ada pihak yang mengartikan Depok sebagai "Daerah Permukiman Orang Kota."


(mfa/wur)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global

Next Article Jelang Tahun Baru, Perusahaan Terbesar Dunia Bangkrut

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |