FOTO Internasional
Reuters, CNBC Indonesia
01 November 2025 09:45
Pemerintah Tanzania memberlakukan karantina wilayah (lockdown) nasional pada Kamis (30/10/2025), sehari setelah kerusuhan pasca pemilu mengguncang negara Afrika Timur tersebut. Langkah ini diambil untuk mengendalikan kekacauan yang pecah setelah demonstrasi anti-pemerintah meluas di berbagai kota besar. (REUTERS/Onsase Ochando)
Sedikitnya 30 orang dilaporkan tewas dalam bentrokan berdarah antara aparat keamanan dan pengunjuk rasa. Tentara dan polisi dikerahkan ke sejumlah wilayah, termasuk ibu kota ekonomi Dar es Salaam, guna memulihkan ketertiban. Sejumlah laporan menyebut pos polisi dan tempat pemungutan suara menjadi sasaran serangan massa, sementara akses internet serta panggilan internasional sempat diputus total. (REUTERS/Onsase Ochando)
“Warga Tanzania yang terhormat, beberapa orang telah melakukan tindakan kriminal pada 29 Oktober. Mereka adalah penjahat,” ujar Panglima Militer Tanzania, Jacob Mkunda, kepada televisi pemerintah, seperti dikutip AFP, Jumat (31/10/2025). Ia menegaskan bahwa tentara telah mengendalikan situasi dan akan mengambil tindakan hukum terhadap siapa pun yang melanjutkan kekacauan. (REUTERS/Thomas Mukoya)
Kementerian Dalam Negeri menyatakan bahwa seluruh sekolah tetap ditutup dan pegawai negeri diminta bekerja dari rumah hingga situasi dinilai aman. Aktivitas penerbangan dan transportasi laut juga lumpuh total, menyebabkan ratusan wisatawan terlantar di bandara dan pelabuhan. “Ini adalah hal paling menakutkan yang pernah saya alami,” kata seorang turis asal Afrika Selatan. “Di luar bandara ada tentara bersenjata dan orang-orang bertopeng. Kami hanya ingin pulang.” (REUTERS/Onsase Ochando)
Kerusuhan ini dipicu oleh tuduhan manipulasi dan represi dalam pemilu yang dinilai tidak kompetitif. Presiden Samia Suluhu Hassan disebut berupaya memperkuat kekuasaannya dengan menyingkirkan para rival politiknya. Penantangnya, Tundu Lissu, bahkan menghadapi dakwaan pengkhianatan yang dapat berujung hukuman mati. (REUTERS/Thomas Mukoya)
“Gelombang teror seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya di Tanzania,” kata seorang diplomat asing yang enggan disebut namanya. “Situasinya sangat tidak pasti, bahkan posisi politik Presiden Hassan kini mulai dipertanyakan.” (REUTERS/Thomas Mukoya)
Kelompok hak asasi manusia, termasuk Amnesty International, mengecam keras tindakan brutal aparat terhadap oposisi dan jurnalis. “Kekejaman telah terjadi,” ujar peneliti Amnesty, Roland Ebole, menuding aparat melakukan pelanggaran serius terhadap hak asasi warga. Sementara hasil resmi pemilu belum diumumkan, laporan awal menunjukkan kemenangan besar bagi partai berkuasa—namun banyak warga menilai hasil itu tidak lagi mencerminkan suara rakyat. (REUTERS/Thomas Mukoya)

5 hours ago
3

















































