Prospek Saham ANTM Masih Bersinar, Harga Bisa Tembus Rp3.300!

10 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Prospek saham emiten emas dan mineral pelat merah, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) masih cerah tahun ini, seiring dengan harga logam mulia sempat mencapai All Time High (ATH), ditambah pengembangan bisnis untuk ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).

Harga saham ANTM sejak awal tahun sudah melesat lebih dari 90% ke posisi Rp2.980 per lembar pada perdagangan Jumat hari ni (23/5/2025) pukul 10.10 WIB.

Saham ANTM yang moncer ini diperkirakan masih ada ruang penguatan lagi, meskipun sudah mulai dekat dengan fair value. Beberapa lembaga menargetkan paling tinggi bisa mencapai Rp3.300 per lembar, sementara paling rendah bisa kembali turun ke harga Rp2.700 lembar.

Berikut rincian target harga ANTM selanjutnya dari 10 sekuritas atau lembaga atau institusi :

Ada beberapa hal yang mendukung kinerja ANTM pada tahun ini bisa lebih ciamik. Mulai dari emas sampai fokus pengembangan ekosistem baterai EV.

Membahas soal emas dulu, ANTM ini sejatinya bisnisnya lebih banyak melakukan trading logam mulia, dibandingkan kontribusi dari tambang-nya.

Hal ini tercermin dari penjualan emas sebesar Rp21,61 triliun per kuartal I/2025, menyumbang 83% dari total pendapatan ANTM sebesar Rp26,15 triliun. Top line ANTM ini berhasil terbang 203% secara tahunan (yoy).

Dari sisi bottom line, laba bersih berhasil melesat delapan kali lipat secara tahunan jadi Rp2,13 triliun untuk periode yang sama.

Sebagai catatan, volume penjualan produk emas Antam sepanjang tiga bulan pertama tahun ini mencapai 13.73 ton. Capaian ini terbang 93% dari realisasi penjualan emas sepanjang kuaratal pertama tahun sebelumnya sebesar 7,11 ton.

Kedua, prospek saham ANTM dipengaruhi oleh mesin bisnis yang kedua yang nikel. Bisnis ini juga akan dikembangkan lebih fokus untuk keberlangsungan ekosistem kendaraan listrik.

Pada kuartal pertama tahun ini, segmen bisnis ini mulai bangkit dengan revenue dari penjualan feronickel Rp970 miliar. Naik signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, hanya sebesar Rp18 miliar.

Ekspor bijih nikel juga mulai jalan lagi dari yang sebelumnya berhenti dan menyumbang Rp2,80 triliun. Bisa dibilang bisnis ore dan feronickel ini sudah mulai stabil karena kuota ekspor sudah jalan dan kontrak jangka pendek diatur jelas.

Menilai prospek nikel, ANTM potensi mendapat saluran pendapatan baru dari kemitraan dengan Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL) untuk membangun smelter nikel dengan teknologi rotary kiln-electric furnance (RKEF) dan smelter high pressure acid leaching (HPAL) di Buli, Halmahera Timur.

Dari smelter RKEF, ANTM menguasai 30% kepemilikan dengan total investasi US$ 1,4 miliar dan diprediksi bisa produksi 88.000 TPA NPI. Sementara untuk smelter HPAL ANTM diperkirakan bisa produksi 55.000 TPA MHP dengan kepemilikan sebanyak 40%. Rencananya smelter tersebut akan mulai dibangun pada 2026 mendatang.

Adapun untuk risiko yang perlu dipertimbangkan adalah beban yang bisa lebih tinggi untuk periode mendatang, terutama setelah pemerintah menaikkan tarif royalti emas dari 10% menjadi 16%.

Meski begitu, kami melihat kas ANTM masih tebal dan utang berbunga sangat kecil, sehingga operasional bisnis masih akan berjalan lancar.

Sebagai catatan, free cash flow ANTM per kuartal I/2025 berada di Rp1,86 triliun, nilai kas dan setara kas sebanyak Rp6,92 triliun, sementara utang berbunga hanya dari sewa sebanyak Rp140 miliar.

Sementara itu dari sisi biaya juga semakin efisien. Gross margin pada kuartal pertama tahun ini berhasil naik pesat dari 2,9% menjadi 13,9%. Beban usaha juga makin ramping dari sebelumnya 8,6% jadi 3,6%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |