Pukulan Bertubi-tubi Sejak Pandemi, Begini Nasib Proyek Petrokimia RI

2 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri petrokimia nasional masih akan menghadapi tekanan berat hingga setidaknya 2025. Berdasarkan peta jalan yang dirilis oleh Indonesia Olefin, Aromatic and Plastic Industry Association (INAPLAS), sektor ini masih dalam fase survival and recovery akibat tekanan global yang datang bertubi-tubi sejak pandemi Covid-19.

"2025-2035 kita berusaha memenuhi semua kebutuhan industri Petrokimia," kata Ketua Umum Inaplas, Suhat Miyarso dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR di gedung DPR, Rabu (12/11/2025).

Namun sayangnya hingga 2025 industri petrokimia Indonesia masih berada dalam posisi terjepit oleh faktor eksternal. Inaplas mencatat, hingga 2025, proyek besar seperti pembangunan Cracker kedua dan Revamping Development Master Plan (RDMP) masih dalam tahap penyelesaian.

Sementara itu, target jangka menengah di 2035 mencakup penyelesaian Cracker ketiga, pembangunan satu GRR (Grass Root Refinery), unit pemisah kondensat, serta pengembangan energi hijau.

Di periode yang sama, pemerintah juga menargetkan peningkatan kapasitas industri petrokimia, memperluas kapasitas kilang, dan mendorong pergeseran energi ke sumber yang lebih hijau.

Pada fase berikutnya, sekitar tahun 2035, Inaplas memproyeksikan tercapainya kemandirian pasokan produk petrokimia dalam negeri, seiring integrasi penuh antara kilang dan industri turunan.

Bahkan pada 2045, bertepatan dengan tagline 'Indonesia Emas', industri ini diharapkan mampu menghasilkan generasi baru pesawat komersial dan bahan plastik rekayasa bernilai tinggi.

"2035-2045 kita fokus pada integrasi antara industri Petrokimia dan industri kilang minyak sehingga ada produk-produk yang bisa dipertukarkan dalam negeri sehingga produk akhir kita lebih kompetitif," sebut Suhat.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Pertamina Perkuat Ketahanan Energi Lewat Produk Fuel Minyak Jelantah

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |