Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara diam di tempat selama tiga hari.
Merujuk data Refinitiv, harga batu bara ditutup di posisi US$ 106,6 per ton pada perdagangan Senin (15/12/2025). Harga batu bara sudah tidak bergerak selama tiga hari beruntun.
Stagnannya harga batu bara dipicu beberapa faktor, terutama dari China.
Pembangkit listrik berbahan bakar fosil di China kemungkinan akan turun secara tahunan. Ini adalah fenomena langka dan menjadi yang dalam satu dekade. Penurunan ini terjadi seiring masifnya ekspansi energi terbarukan yang semakin mendominasi pasokan listrik nasional.
Berdasarkan data Biro Statistik Nasional China yang dirilis pada Senin (15/12), produksi listrik termal yang berasal dari pembangkit berbahan bakar batu bara dan gasturun 4,2% pada November dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Secara kumulatif sepanjang tahun berjalan, produksi listrik termal tercatat melemah 0,7%, membuka peluang terjadinya penurunan tahunan pertama sejak 2015, kecuali terjadi lonjakan signifikan pada Desember.
China saat ini mengoperasikan armada pembangkit listrik batu bara terbesar di dunia, yang juga menjadi kontributor utama emisi gas rumah kaca global.
Meski pembangunan pembangkit batu bara baru masih berlanjut, tingkat pemanfaatannya mulai mendatar, seiring investasi besar-besaran pemerintah di sektor energi terbarukan yang mampu mengimbangi lonjakan kebutuhan listrik domestik.
Data yang sama menunjukkan, produksi listrik tenaga angin melonjak 22% pada November secara tahunan, sementara pembangkit listrik tenaga surya skala besar mencatat kenaikan produksi sebesar 23%. Lonjakan ini menegaskan semakin kuatnya peran energi bersih dalam bauran energi China.
Kabar dari China ini tentu menjadi kabar buruk bagi batu bara.
Pasar batu bara kokas di China masih melemah, meneruskan tren penurunan yang sudah terjadi beberapa minggu terakhir. Meskipun ada upaya pembatasan pasokan di beberapa wilayah, sentimen pasar tetap pesimis, dengan pembelian oleh pelaku industri yang lesu dan aktivitas kontrak yang lamban. Hal ini membuat harga dan transaksi tetap di bawah tekanan meskipun ada penyusutan pasokan di beberapa titik.
Beberapa laporan lain menunjukkan bahwa pembeli utama seperti pabrik baja dan industri turunannya tetap hati-hati terhadap pembelian batu bara kokas karena margin tipis, sehingga transaksi tetap lambat dan harga berada dalam tekanan.
India Ekspor, Pasokan Makin Melimpah
Dari India dilaporkan negara tersebut telah mengambil langkah besar dalam kebijakan energi dengan mengizinkan ekspor batu bara dari pembangkit listrik domestik hingga 50% dari alokasi yang dimiliki.
Kebijakan ini disahkan di tengah kondisi stok batu bara yang sehat di pembangkit listrik, yang dinilai memadai untuk kebutuhan domestik saat ini.
Dengan persediaan yang kuat dan pertumbuhan permintaan listrik yang lebih lambat, pemerintah melihat peluang untuk memanfaatkan surplus batubara guna memperluas pangsa di pasar internasional.
Menteri Informasi India, Ashwini Vaishnaw, mengatakan bahwa pembangkit listrik yang memiliki akses pasokan batu bara kini dapat mengekspor hingga 50% dari kuota batubara mereka dan menggunakan pasokan tersebut secara fleksibel di seluruh perusahaan grup masing-masing. Langkah ini diharapkan membuka peluang perdagangan baru bagi produsen batu bara India di pasar global.
India, negara konsumen dan produsen batu bara terbesar kedua di dunia setelah China, selama ini fokus pada pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
Namun, penurunan output pembangkit listrik berbasis batu bara di sebagian besar bulan dalam setahun terakhir mendorong pemerintah untuk mengevaluasi kembali strategi pasokan komoditas energi ini.
Ekspor India ini akan menambah pasokan global sehingga bisa semakin menekan harga.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(mae/mae)

8 hours ago
5

















































