Jakarta, CNBC Indonesia - Bill Gates baru saja berkunjung ke Indonesia dan bertemu langsung dengan Presiden RI Prabowo Subianto pada Rabu (7/5) pekan lalu. Pendiri Microsoft dan tokoh filantropis tersebut memuji Indonesia yang dinilai serius dalam menangani masalah malnutrisi.
Sehari setelahnya, Bill Gates membuat pengumuman mengejutkan melalui laman blog resminya. Ia mengatakan akan menutup The Gates Foundation pada 2045 mendatang. Pada saat itu, ia juga akan menyumbangkan 99% harta kekayaannya untuk kesejahteraan masyarakat dunia.
Bill Gates memang dikenal sebagai salah satu orang terkaya dunia yang peduli dengan isu kesehatan, pendidikan, dan lingkungan. Ia beberapa kali meneriakkan pentingnya langkah konkrit berbagai pihak untuk mereduksi emisi dan menanggulangi bahaya 'kiamat' di Bumi karena pemanasan global.
Beberapa saat lalu, Bill Gates mengungkapkan aktivitas di Bumi menghasilkan 51 miliar ton gas rumah kaca setiap tahunnya. Dalam blog personalnya, Bill Gates menyoroti sebanyak 7% gas rumah kaca berasal dari produksi lemak dan minyak dari hewan dan tumbuhan.
"Untuk memerangi perubahan iklim, kita harus mengubah angka tersebut ke nol," kata dia, dikutip, Selasa (13/5/2025).
Kendati demikian, ia menyadari bahwa rencana untuk menghilangkan konsumsi lemak hewan bagi manusia tidak realistis. Pasalnya, manusia sudah tergantung dengan lemak hewan dengan alasan yang logis.
Lemak hewan memiliki nutrisi dan kalori yang dibutuhkan oleh manusia. Namun, ada cara yang bisa dilakukan untuk mengambil lemak tanpa memproduksi emisi, menyiksa hewan, dan menghasilkan zat kimia berbahaya.
Bill Gates pun mengungkapkan bahwa solusinya sudah ditemukan oleh startup bernama 'Savor'. Gates turut menjadi salah satu investornya.
Savor menciptakan lemak dari sebuah proses yang melibatkan karbondioksida dari udara dan hidrogen dari air. Senyawa tersebut lalu dipanaskan dan dioksidasi sehingga terjadi pemisahan komponen asam yang menciptakan formulasi lemak.
Bill Gates mengklaim lemak yang dihasilkan memiliki molekul serupa yang ditemukan dari susu, keju, sapi, dan minyak nabati.
Indonesia dan Malaysia Jadi Sorotan Bill Gates
Bukan cuma itu, Bill Gates juga menyoroti faktor yang menciptakan dampak lebih besar yakni minyak sawit.
"Saat ini, minyak sawit adalah lemak nabati yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia. Sebagian ditemukan pada makanan sehari-hari seperti kue, mie instan, krim kopi, makanan beku, hingga makeup, sabun badan, odol, deterjen, deodoran, makanan kucing, formula bayi, dan sebagainya. Bahkan, minyak sawit juga digunakan untuk biofuel dan mesin diesel," ia menuturkan.
Menurut Bill Gates, masalah pada minyak sawit bukan soal penggunaannya, tetapi bagaimana proses menghasilkannya. Mayoritas jenis sawit asli jenis Afrika Barat dan Tengah tidak tumbuh di banyak wilayah. Pohon itu hanya tumbuh subur di tempat-tempat yang dilewati garis khatulistiwa.
"Hal ini menyebabkan penggundulan hutan di area-area khatulistiwa untuk mengonversinya menjadi lahan sawit," kata Bill Gates.
Proses ini dapat berdampak buruk bagi keragaman alam dan menyebabkan pukulan telak bagi perubahan iklim. Pembakaran hutan menciptakan emisi yang banyak di atmosfer dan mengakibatkan peningkatan suhu.
"Pada 2018, kehancuran yang terjadi di Malaysia dan Indonesia saja sudah cukup parah hingga menyumbang 1,4% emisi global. Angka itu lebih besar dari seluruh negara bagian California dan hampir sama besarnya dengan industri penerbangan di seluruh dunia," Bill Gates menjelaskan.
Sayangnya, Bill Gates mengakui bahwa peran minyak sawit sulit tergantikan. Sebab, komoditas sawit murah, tidak berbau, dan melimpah.
"Minyak sawit juga satu-satunya minyak nabati dengan keseimbangan lemak jenuh dan tak jenuh yang hampir sama, itulah sebabnya minyak ini sangat serbaguna. Jika lemak hewan adalah bahan utama dalam beberapa makanan, maka minyak sawit adalah pemain tim yang dapat bekerja untuk membuat hampir semua makanan dan barang-barang non-makanan menjadi lebih baik," kata Bill Gates.
Untuk alasan-alasan tersebut, Bill Gates mengatakan sudah ada perusahaan-perusahaan yang mencoba mengatasinya. Salah satunya C16 Biosciences yang berupaya membuat alternatif minyak sawit.
Sejak 2017, Bill Gates mengatakan C16 mengembangkan produk dari mikroba ragi liar menggunakan proses fermentasi yang tidak menghasilkan emisi sama sekali.
Meski secara kimiawi berbeda dari minyak sawit konvensional, namun minyak C16 mengandung asam lemak yang sama, sehingga dapat digunakan untuk aplikasi serupa.
"Minyak ini sama alaminya dengan minyak sawit, hanya saja tumbuh pada jamur, bukan pada pohon. Sama dengan Savor, proses C16 sepenuhnya bebas dari pertanian. 'Pertanian'-nya adalah sebuah laboratorium di tengah kota Manhattan," Bill Gates menuturkan.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Peran Penting Jaringan Kabel Laut Bantu Transformasi Digital RI
Next Article Tanda Kiamat Kian Dekat, Bill Gates Langsung Tunjuk Indonesia