Tarif Trump Terus Makan Korban, Giliran Jepang Kena 'Gebuk'

6 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekspor Jepang melambat pada bulan April 2025. Hal ini terbebani oleh penurunan pengiriman ke Amerika Serikat (AS) karena tarif yang ditetapkan oleh Presiden Donald Trump.

Secara rinci, sejatinya total ekspor Jepang naik 2% pada bulan April dari tahun sebelumnya, sesuai dengan perkiraan pasar. Tetapi angka ini menunjukan perlambatan dari peningkatan 4% pada bulan Maret.

Pengiriman ke AS, tujuan ekspor terbesar Jepang, turun 1,8% pada bulan April dari tahun sebelumnya untuk menandai penurunan pertama dalam empat bulan karena menurunnya permintaan untuk mobil, baja, dan kapal. Tercatat, ekspor mobil ke AS turun 4,8% nilainya karena dampak kenaikan yen dan penurunan pengiriman model kelas atas.

"Ekspor ke AS meningkat hingga Maret, karena pembuat mobil kemungkinan meningkatkan pengiriman sebelum tarif diberlakukan. Dengan tarif yang sekarang berlaku, kita sekarang melihat pembalikan dari pergerakan tersebut," kata Yutaro Suzuki, seorang ekonom di Daiwa Securities, dikutip Reuters, Rabu (21/5/2025).

Sementara ekspor ke Asia naik 6,0%, ekspor ke China turun 0,6% karena permintaan yang lemah untuk mobil dan suku cadang elektronik.

Impor turun 2,2% pada bulan April dari tahun sebelumnya, lebih rendah dari penurunan 4,5% yang diperkirakan oleh para analis. Akibatnya, Jepang mencatat defisit perdagangan sebesar 115,8 miliar yen (Rp 13 triliun), meleset dari ekspektasi surplus sebesar 227,1 miliar yen (Rp 25,9 triliun).

Proyeksi Suram

Pada bulan April, Trump mengenakan tarif 10% pada sebagian besar negara, bersama dengan tarif yang lebih tinggi untuk banyak mitra dagang besar, termasuk Jepang, yang menghadapi tarif 24% mulai bulan Juli kecuali jika dapat menegosiasikan kesepakatan dengan AS.

Washington juga telah mengenakan pungutan 25% pada mobil, baja, dan aluminium, yang memberikan pukulan besar bagi ekonomi Jepang, yang sangat bergantung pada ekspor mobil ke Negeri Paman Sam.

Jepang memproduksi 9 juta mobil setiap tahunnya di dalam negeri dan mengirimkan sekitar 1,5 juta di antaranya ke Amerika Serikat. Lebih jauh lagi, produsen mobil Jepang mengekspor lebih dari 1,4 juta mobil ke AS dari Meksiko dan Kanada.


Ketidakpastian yang disebabkan oleh tarif Trump juga dapat mendorong perusahaan untuk menunda rencana investasi, yang akan menambah kesulitan bagi ekonomi yang mengalami kontraksi pada bulan Januari-Maret.

"Produsen Jepang sangat terintegrasi ke dalam rantai pasokan global, sehingga perubahan kebijakan perdagangan berisiko menciptakan guncangan yang akan berdampak pada ekonomi, yang akan menghambat pertumbuhan," kata Stefan Angrick, seorang analis di Moody's Analytics.

"Secara keseluruhan, para produsen Jepang akan menghadapi masa sulit." Prospek ekonomi yang suram juga mempersulit keputusan Bank Jepang tentang kapan akan melanjutkan kenaikan suku bunga.

Meningkatnya risiko dari tarif AS memaksa BOJ untuk memangkas tajam perkiraan pertumbuhan dan inflasi pada tanggal 1 Mei dan telah menimbulkan keraguan atas pandangannya bahwa ekonomi Jepang akan melanjutkan pemulihan moderat, yang memungkinkannya untuk menaikkan biaya pinjaman lagi.

Abhijit Surya, seorang ekonom di Capital Economics, memperkirakan ekspor neto akan tetap menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi kuartal kedua.

"Mengingat bahwa ekonomi Jepang sudah dalam kondisi lemah sebelum tarif AS berlaku, BOJ kemungkinan menginginkan kepastian yang lebih besar tentang lanskap tarif sebelum melanjutkan siklus pengetatannya," kata Surya, yang menunda perkiraan waktu kenaikan suku bunga berikutnya menjadi Oktober dari Juli.


(tps)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Pesawat Militer Jepang Jatuh ke Danau Usai Lepas Landas

Next Article Raksasa Asia Disebut Satukan Kekuatan Hadapi 'Hari Pembebasan' Trump

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |