Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali mengalami penguatan dalam tiga hari beruntun diikuti dengan dimulainya pembangunan jalur kereta api lintas batas antara Mongolia dan China serta potensi impor batu bara yang besar dari India di beberapa tahun mendatang.
Dilansir dari Refinitiv, harga batu bara pada Rabu (21/5/2025) tercatat sebesar US$105,85/ton atau naik 0,19% apabila dibandingkan penutupan perdagangan 20 Mei 2025 yang sebesar US$105,65/ton.
Apresiasi harga batu bara ini telah terjadi selama tiga hari beruntun dan berpotensi melanjutkan kenaikannya di hari mendatang.
Dikutip dari railway.supply, China telah memulai pembangunan jalur kereta api lintas batas baru yang menghubungkan Mongolia dan China, yang dikenal sebagai Jalur Kereta Api Gashuunsukhait-Gantsmod. Proyek ini merupakan hasil kesepakatan antara kedua negara yang ditandatangani pada 14 Februari 2025, setelah 17 tahun negosiasi.
Tujuan utama proyek ini adalah meningkatkan kapasitas ekspor batu bara Mongolia ke China. Dengan jalur baru ini, kapasitas pengangkutan batu bara diperkirakan akan meningkat sebesar 30 juta ton per tahun, yang akan mendukung ekspansi tambang batu bara Tavan Tolgoi di Mongolia. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan ekspor Mongolia hingga USD 1,5 miliar per tahun.
Proyek ini juga merupakan bagian dari Belt and Road Initiative China, yang bertujuan meningkatkan konektivitas regional dan memperkuat hubungan ekonomi antara kedua negara. Dengan adanya jalur kereta api ini, diharapkan waktu pengiriman batu bara akan lebih efisien dan kemacetan di perbatasan dapat dikurangi.
Setelah selesai, Jalur Kereta Api Gashuunsukhait-Gantsmod akan menjadi jalur kereta api lintas batas kedua antara Mongolia dan China, setelah jalur Zamiin-Uud-Ereen yang dibangun berdasarkan perjanjian tahun 1955.
Sentimen lainnya pun datang dari India yang diperkirakan akan mengalami peningkatan permintaan batu bara sebesar 60% pada 2050, menurut laporan S&P Global Commodity Insights. Meskipun produksi domestik akan meningkat, negara ini tetap akan bergantung pada impor minyak, gas, dan batu bara untuk memenuhi kebutuhan energinya.
Pritish Raj, Managing Editor untuk Asia Thermal Coal di S&P Global Commodity Insights, menyatakan bahwa sebagian besar peningkatan permintaan batu bara akan dipenuhi oleh pasokan domestik. Namun, karena kualitas dan ketersediaan batu bara domestik yang terbatas, India diperkirakan akan terus mengimpor batu bara, dengan proyeksi impor mencapai sekitar 250 juta ton pada 2030, termasuk 150-180 juta ton batu bara termal.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)