Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah kebijakan tarif tinggi yang diterapkan pemerintahan Donald Trump terhadap banyak negara termasuk Indonesia, justru ekspor salah satu komoditas andalan Indonesia berhasil melesat tajam. Produk tersebut adalah keramik berukuran besar atau big slab, yang kini mencatat lonjakan ekspor hingga 170% ke Amerika Serikat (AS) sepanjang Januari-Juli 2025.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengungkapkan, kenaikan ini terjadi karena Amerika mengenakan tarif dumping terhadap China dan India, dua negara yang selama ini mendominasi pasar keramik berukuran besar di Negeri Paman Sam.
"Amerika menerapkan tarif impor yang tinggi ke China. Jadi, selama ini Big Slab, keramik ukuran besar itu banyak masuk dari China. China dikenakan dumping. Kemudian ditambah lagi Amerika sedang proses juga dumping terhadap India. Jadi, kedua negara ini kena dumping. Makanya ekspor kita ke Amerika Serikat naik 170% Januari-Juli 2025 ini," ujar Edy kepada CNBC Indonesia, Selasa (11/11/2025).
Kebijakan itu justru membuka peluang besar bagi Indonesia untuk memperluas pasar ekspor, terutama pada segmen Big Slab yang permintaannya terus meningkat di Amerika. Ia menegaskan, Indonesia tidak termasuk dalam negara yang dikenakan dumping oleh AS, sehingga posisi produk dalam negeri kini jauh lebih kompetitif.
Foto: Harga keramik China yang dikenal lebih murah di pasaran bakal mengalami kenaikan dalam beberapa waktu mendatang. (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)
Harga keramik China yang dikenal lebih murah di pasaran bakal mengalami kenaikan dalam beberapa waktu mendatang. (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)
"Jadi, hal itu membuka peluang kita untuk mengisi pasar Big Slab keramik besar ke Amerika. Sedangkan kita tidak dikenakan dumping oleh AS," katanya.
Secara kompetitif, Indonesia lebih unggul dibanding negara-negara Asia Tenggara lainnya dalam produksi Big Slab. Vietnam, misalnya, baru mulai memproduksi jenis keramik ini pada tahun 2025, sedangkan Indonesia sudah lebih dulu menembus pasar Amerika sejak tiga tahun lalu.
"Dari sisi kompetitif, kita yang memproduksi ini, sementara Asia Tenggara Vietnam baru mulai produksi di tahun ini. Jadi, kita duluan masuk ke Amerika sejak 2-3 tahun lalu. Ini bisa meningkat banyak karena Indianya kena dumping juga," ungkapnya.
China sudah lama terkena kebijakan dumping dari Amerika Serikat, sehingga kini hanya Indonesia dan Vietnam yang menjadi pemain utama yang memperebutkan ceruk pasar tersebut.
"China kena dumping dari Amerika sudah cukup lama, 2 atau 3 tahun terakhir. Jadi, dari Indonesia dan Vietnam yang berlomba untuk mengisi pasar Amerika," sebutnya.
Dengan tren positif ini, industri keramik nasional mulai menunjukkan taji di pasar global, terutama di tengah momentum pergeseran rantai pasok akibat kebijakan proteksionisme yang semakin ketat di berbagai negara.
"Ekspor ke Malaysia juga naik 50% dan ke Filipina 32%," tutur Edy.
(fys/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Wamensesneg: RI Berharap AS Bisa Turunkan Tarif Impor di Bawah 32%

2 hours ago
3
















































