Jakarta,CNBC Indonesia - Penutupan (shutdown) pemerintah berpotensi berakhir pekan ini setelah kompromi untuk memulihkan pendanaan federal lolos tahap awal pemungutan suara di Senat pada Minggu malam.
Berakhirnya shutdown akan mengakhiri gonjang-ganjing Nasib jutaan pegawai federal di puluhan departemen di AS.
Kesepakatan awal akan memulihkan pendanaan bagi lembaga-lembaga federal yang masa pendanaannya dibiarkan kedaluwarsa pada 1 Oktober.
Hal ini memberi kelegaan bagi keluarga berpenghasilan rendah yang terdampak gangguan subsidi pangan, ratusan ribu pegawai federal yang tidak digaji selama lebih dari sebulan, serta para pelancong yang menghadapi ribuan pembatalan penerbangan.
Kesepakatan ini akan memperpanjang pendanaan hingga 30 Januari, yang berarti pemerintah federal untuk sementara akan tetap berada di jalur menambah utang sekitar US$1,8 triliun per tahun dari total utang yang sudah mencapai US$38 triliun.
Biaya Mahal Shutdown: Siapa Saja Terdampak?
Lonjakan pasar ini adalah "reli kelegaan" (relief rally) yang sangat jelas. Investor merespons positif berakhirnya ketidakpastian politik besar yang telah menekan pasar.
Shutdown kali ini telah mencetak rekor baru dalam sejarah AS, berlangsung lebih dari 35 hari. Dampak ekonominya pun tidak main-main.
Mengutip analisis yang beredar, shutdown ini diperkirakan telah membebani PDB Amerika Serikat dengan kerugian sekitar US$ 15 miliar per minggu. Dengan durasi kurang lebih 41 atau 42 hari setara 6 minggu, total kerugian ekonomi berpotensi menembus US$ 90 miliar, angka yang sangat besar yang menggerus pertumbuhan.
Di balik angka makro tersebut, ada dampak manusia yang langsung dirasakan oleh 2,1 juta pekerja federal sipil.
Selama lebih dari sebulan, ratusan ribu pekerja dirumahkan tanpa gaji (furlough), sementara jutaan lainnya yang dianggap "esensial" (seperti keamanan bandara) terpaksa bekerja tanpa bayaran.
Kekhawatiran atas nasib jutaan pekerja inilah yang telah menekan sentimen konsumen (menurut survei University of Michigan) ke level terendah dalam lebih dari tiga tahun, mendekati level terburuk dalam sejarah.
Alasan Pasar Kembali Optimis
Dengan disetujuinya langkah untuk mengakhiri shutdown, investor melihat tiga hal positif yang memicu optimisme:
-
Data ekonomi akan dirilis
Seperti disebutkan, shutdown telah menahan rilis data ekonomi vital, termasuk indeks harga konsumen (CPI) dan indeks harga produsen (PPI). Departemen Tenaga Kerja (14.100 staf) dan Departemen Perdagangan (47.400 staf) kini dapat kembali bekerja untuk merilis data ini, memberikan investor kejelasan yang sangat dibutuhkan. -
Daya beli konsumen pulih
Sekitar 2,1 juta pekerja federal tersebut akan segera menerima gaji mereka, termasuk rapelan. Ini akan memulihkan daya beli dan sentimen konsumen yang sempat hancur. -
Hilangnya ketidakpastian
Investor kini dapat mencoret satu dari tiga kekhawatiran utama mereka.
"November menjadi bulan yang bergejolak bagi aset berisiko. Kekhawatiran pekan lalu memang masuk akal.," ujar Tim Holland, Chief Investment Officer di Orion, kepada CNBC, dengan mengutip kekhawatiran investor terhadap shutdown, valuasi pasar, dan potensi gelembung AI.
"Tetapi saya pikir setidaknya satu dari tiga kekhawatiran itu (shutdown) kini telah keluar dari radar, dan itu hal penting." imbuhnya.
-
CNBC INDONESIA RESEARCH
(gls/gls)

2 hours ago
3
















































