Pabrik Petrokimia Terbesar RI Ini Bisa Serap 40.000 Tenaga Kerja

3 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Pabrik petrokimia raksasa hasil kerja sama Indonesia dan Korea Selatan yakni PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) menyerap hingga 40.000 tenaga kerja selama masa pembangunan dan operasionalnya. Serapan tenaga kerja tersebut merupakan akumulasi dari tenaga kerja langsung dan tidak langsung.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan hal itu menjadi dampak besar industri hilirisasi terhadap penciptaan lapangan kerja dalam negeri.

"Dalam masa konstruksi, Bapak, sampai dengan sekarang, total tenaga kerja kita di puncaknya itu 17 ribu karyawan di sini. Tetapi kalau kita kalikan dengan stay-nya nanti, itu antara kerja langsung dan tidak langsung, itu mencapai 40.000 lapangan pekerjaan dari proses pembangunan proyek ini," katanya dalam acara peresmian pabrik petrokimia New Ethylene Project PT LCI, di Banten, Kamis (6/11/2025).

Pabrik petrokimia jumbo ini menjadi proyek strategis nasional dengan nilai investasi mencapai US$ 4 miliar dolar AS atau sekitar Rp 64 triliun. Bahlil menjelaskan, proyek LCI merupakan investasi petrokimia terbesar di Asia Tenggara (ASEAN).

"Ini memiliki investasi sebesar US$ 3,9 miliar, tapi kelihatannya ada cost of run, sehingga naik menjadi US$ 4 miliar," tambahnya.

Pabrik tersebut dirancang untuk menghasilkan 15 jenis produk utama, termasuk etilena dan propilena, yang menjadi bahan baku penting industri medis, karet sintetis, kabel listrik, dan ban kendaraan. Selain memperkuat rantai pasok industri, proyek ini juga akan mengurangi ketergantungan impor.

"Dengan pabrik ini kita tidak lagi mengimpor secara besar-besaran seperti tahun sebelumnya. 70% adalah substitusi impor, 30% kita ekspor. Total nilainya, revenue-nya, jualannya per tahun itu US$ 2 miliar," jelasnya.

Kelak, jika pabrik ini beroperasi penuh, akan menghasilkan produk hilirisasi minyak dan gas bumi (migas) senilai US$ 2 miliar/tahun. Di mana US$ 1,4 miliar merupakan substitusi impor dan US$ 600 juta berkontribusi pada peningkatan ekspor nasional.

Di pabrik ini, bahan baku berupa Naphta (3,200kTA) (LPG 0~50%) menjadi Produk Hulu dan Produk Hilir. Adapun produk hulu berupa Ethylene (1,000kTA), Propylene (520kTA), Mixed C4 (320kTA), Pyrolysis Gasoline (675kTA), Pyrolisis Fuel Oil (26kTA), dan Hydrogen (45kTA), serta produk hilir berupa High Density Poly Ethylene (250kTA), Linear Low Density Poly Ethylene (200kTA), Poly Propylene (350kTA), Butadine (140kTA), Raffinate (180kTA), Benzene, Toluene, Xylene (400kTA).

Produk-produk tersebut akan menjadi bahan baku penting pembuatan botol plastik, kabel, bumper mobil, peralatan medis, ban, karet sintesis, pembasmi serangga, dan cat.

Proyek ini memberikan kontribusi bagi Indonesia, di antaranya:

a. Mengurangi ketergantungan impor produk petrokimia, di mana saat ini lebih dari 50 persen kebutuhan nasional masih dipenuhi dari luar negeri.

b. Menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 40 ribu tenaga kerja, baik secara langsung maupun tidak langsung, selama tahap konstruksi dan operasional.

c. Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia lokal, melalui transfer teknologi dan pelatihan tenaga kerja.

d. Mendorong tumbuhnya industri hilir, yang akan menghasilkan produk bernilai tambah tinggi seperti plastik, serat sintetis, dan berbagai komponen industri manufaktur.

e. Memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar melalui pemberdayaan masyarakat, peningkatan infrastruktur lokal, dan program tanggung jawab sosial perusahaan.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Video: Industri Plastik Nasional Terhimpit Impor dan Dumping

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |