Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku industri perfilman Indonesia mengaku resah karena pembajakan film semakin marak terjadi, membuat mereka mengalami kerugian yang cukup besar.
Ketua Umum Asosiasi Video Streaming Indonesia (AVISI) Hermawan Sutanto mengatakan pembanjakan film nasional telah merugikan industri film nasional sebesar Rp 25 triliun sejak 2017 hingga 2025, di mana pembajakan terjadi karena banyaknya orang yang menonton film Indonesia secara ilegal melalui layanan streaming tak resmi.
"Kami melihat ada Rp 25 triliun kerugian yang muncul dari streaming terhadap pembajakan film nasional. Jika satu orang menonton film nasional di layanan streaming resmi, maka ada 2,3 kalinya yang menonton bajakan. Ini yang menjadi concern kami," kata Hermawan dalam rapat kerja (raker) Bersama Komisi VII DPR RI, Kamis (6/11/2025).
Bahkan mirisnya, ada salah satu film yang baru tayang di bioskop, tetapi sudah ada banyak orang yang menonton secara ilegal di layanan streaming tak resmi.
"Kebetulan tadi saat ada diskusi, saya menanyakan kepada pelaku industri bioskop, film Indonesia apa yang lagi ramai di bioskop? Di jawab Pangku. Dan setelah itu, saya cepat buka Youtube dan cari film Pangku, ternyata sudah 10.000 yang nonton Pak. Kemudian saya buka Telegram sudah ada 28.000 dan 21.000 di grup yang berbeda nonton Pangku. Padahal kan film Pangku baru rilis di bioskop hari ini," lanjutnya.
Hermawan pun berharap pembajakan ini dapat dicegah lebih lanjut agar industri perfilman Indonesia tak terdampak dari aksi pembajakan tersebut.
"Kami berharap bantuan dari pemerintah supaya kebocoran-kebocoran ini (pembajakan) bisa lebih cepat dikurangi lagi. Padahal dari data ini, Indonesia menjadi negara yang cukup baik industri perfilmannya di ASEAN," jelasnya.
Maraknya pembajakan film Indonesia yang masih terjadi dipicu oleh berbagai faktor, seperti kemudahan akses digital melalui situs ilegal dan platform media sosial, meskipun ada upaya dari pemerintah dan industri untuk memberantasnya melalui penegakan hukum serta kampanye kesadaran publik.
Ada beberapa penyebab pembajakan film Indonesia makin marak, mulai dari perkembangan teknologi hingga kesadaran masyarakat. Perkembangan teknologi memudahkan siapa saja untuk mengunduh atau streaming film secara ilegal dari situs-situs tertentu, bahkan melalui platform media sosial seperti Telegram.
Selain itu, keterbatasan akses bioskop di beberapa wilayah menyebabkan masyarakat lebih memilih solusi bajakan karena lebih murah dan mudah.
Tak hanya itu saja, masih banyak masyarakat yang tidak menyadari atau tidak peduli terhadap dampak negatif dari pembajakan, termasuk kerugian finansial dan non-material bagi para kreator dan industri perfilman.
(chd/wur)
[Gambas:Video CNBC]

2 hours ago
2

















































