Rekor! Harga Bitcoin Tembus Rp1,8 Miliar/Koin, Tertinggi dalam Sejarah

5 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Bitcoin (BTC) cetak rekor baru atau all time high (ATH) dengan menembus level USS$110.000/BTC atau sekitar Rp 1,8 miliar (US$1=16.390) dalam intraday tetapi kemudian turun.

Dilansir dari Refinitiv, pada 22 Mei 2025, BTC menanjak 1,26% di angka US$109.621. Sementara beberapa waktu sebelumnya, secara intraday harga BTC sempat menyentuh level US$110.636.

Posisi intraday ini telah melampaui intraday yang terjadi pada 20 Januari 2025 silam di angka US$109.071.

"Tingkat tertinggi Bitcoin baru telah diciptakan oleh serangkaian unsur yang menguntungkan dalam ekonomi makro, yaitu angka inflasi AS yang lebih rendah, de-eskalasi perang dagang AS-China, dan penurunan peringkat utang negara AS oleh Moody's, yang telah menyoroti penyimpanan nilai alternatif seperti Bitcoin," kata Antoni Trenchev, salah seorang pendiri bursa kripto Nexo yang dikutip dari CNBC International.

"Kita telah memasuki dunia alternatif yang sangat berbeda dari awal April ketika kekhawatiran makro global mencapai puncaknya dan Bitcoin merosot ke US$74.000.Ada kemungkinan bahwa aset berisiko akan berkembang pesat dalam waktu tiga bulan karena kesepakatan [perdagangan] yang lebih luas antara AS dan China sedang dibahas," tambahnya. 

Setelah terpuruk selama beberapa minggu di tengah ketidakpastian terkait tarif, bitcoin terus meningkat pada bulan Mei, naik 15% selama sebulan. Arus masuk kumulatif ke dalam dana yang diperdagangkan di bursa yang melacak harga Bitcoin melampaui US$40 miliar minggu lalu dan hanya mengalami arus keluar selama dua hari pada bulan Mei, menurut SoSoValue.

Mata uang kripto tersebut telah diuntungkan baik dari likuiditas di pasar saham yang memberikan dorongan pada aset berisiko, maupun skenario penghindaran risiko terkini terkait kekhawatiran tentang tarif dan defisit di AS yang telah mendorong kenaikan emas serta aset alternatif seperti Bitcoin.

Data on-chain juga menunjukkan tekanan jual yang lebih rendah, ditunjukkan oleh arus masuk Bitcoin ke bursa dan peningkatan likuiditas di pasar kripto yang diukur dengan rekor baru untuk jumlah stablecoin Tether USDT, ukuran likuiditas pasar kripto, yang ada di bursa, menurut CryptoQuant.

Lebih lanjut, inflow yang tinggi ke ETF Bitcoin Spot juga menjadi indikasi bahwa semakin banyak investor di global yang tertarik terpapar dengan aset Bitcoin ini.

Inflow tinggi ke ETF Bitcoin Spot sering kali berdampak langsung pada kenaikan harga Bitcoin. Ketika semakin banyak investor, terutama institusi besar, mengalokasikan dana ke ETF ini, permintaan terhadap Bitcoin pun meningkat, mendorong harga naik.

Selain itu, arus masuk yang konsisten mencerminkan sentimen pasar yang positif, memperkuat kepercayaan investor dan menciptakan tren bullish. Tingginya likuiditas yang dihasilkan dari investasi ETF juga membantu mengurangi tekanan jual, memungkinkan harga Bitcoin bergerak lebih stabil.

Efek psikologis turut berperan, karena semakin banyak investor ritel yang mengikuti tren ketika melihat inflow besar ke ETF, menciptakan momentum tambahan bagi kenaikan harga. Saat ini, beberapa ETF seperti IBIT dari BlackRock mencatat inflow yang signifikan, berkontribusi pada lonjakan harga Bitcoin.

Berdasarkan data dari Farside Investors, sejak diluncurkan pada Januari 2024 hingga 20 Mei 2025, total inflow ke ETF Bitcoin Spot yakni sekitar US$42,7 miliar atau lebih dari Rp700,28 triliun (kurs Rp16.400/US$).

Farside InvestorsFoto: Bitcoin Spot ETF Total Cumulative Flow (US$million)
Sumber: Farside Investors

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |